25 January 2007

Corat-coret pake Mouse



















Sore-sore ngobrol tentang Tuhan

Dia : Eh kenapa sih babi itu haram?
Aku : He? Kan ada di Quran
Dia : Ya jangan jawaban yang kayak gitu donk, ada penjelasan yang ilmiahnya ga?
Aku : Babi itu haram disembelih karena ga punya leher
Dia : Lho?
Aku : Kok lho?
Dia : Beneran donk
Aku : Beneran, kan seharusnya binatang yang halal dikonsumsi tuh disembelih lehernya, jadi darahnya tidak menggumpal dalam urat dan mengakibatkan keracunan ehm...uric acid. Lagian kan daging babi banyak mengandung parasit, juga soal sistem biochemistry tubuhnya yang gak bagus.
Dia : Itu kan dari segi kesehatan, dan dulu kan belum ketahuan, trus kalo ditanya penyebabnya gimana?
Aku : Emang kenapa sih?
Dia : Ada temen aku yang non-muslim, dia nanya kenapa orang Islam ga boleh makan babi
Aku : Trus kamu jawab gimana?
Dia : Ya aku terangin dari segi kesehatan, tapi dia nanya kalo secara agama kenapa dilarang
Aku : Trus?
Dia : Ya aku tanya temenku yang muslim juga, kata temenku ya pokoknya haram, dilarang
Aku : Kok gitu?
Dia : Ya gitu, padahal kan kita nggak bisa bilang gitu kalau ke orang yang beda agama.
Aku : Iya lah kan nggak bisa asal pokoknya haram aja.
Dia : Tapi, kalau penjelasan secara agama gimana? Kan nggak semua hal bisa dijelasin secara logika
Aku : Yup, makanya disebut 'iman'
Dia : Ha?
Aku : Jadi gini, ehm... ada kata-kata dari seorang tokoh Budha Zen yang aku seneng, aku lupa kalimat aslinya, intinya adalah "Tuhan itu begitu menakjubkan, meski aku tidak bisa memahaminya, aku masih meyakini dan mempercayainya"
Dia : bagus juga
Aku : Ya kan, yah meskipun dari kepercayaan yang berbeda tapi kan konsepnya sama. Kita kan nggak bisa bener-bener memahami Tuhan, jangankan Tuhan, dengan diri kita sendiri aja kita masih belum bener-bener paham.
Dia : Iya juga sih
Aku : Jadi ya itulah iman, meyakini sesuatu yang bahkan nggak kita pahami.
Dia : Tapi bukan fanatik yah?
Aku : Yah fanatik itu kan kalo terlalu berlebihan, yah membabi buta lah ^_^
Dia : Trus hal-hal yang nggak bisa dijelasin tuh gimana?
Aku : Maksudnya?
Dia : Ya, gimana menyikapinya?, soalnya kan pasti ada batasan dalam nalar kita, padahal kita juga terus berkembang, dan dari situ juga kita belajar tentang alam semesta, tentang diri kita, dan juga soal Tuhan.
Aku : Ya maju aja terus, belajar terus dan berusaha mengungkap rahasiaalam semesta sih boleh aja, asal nggak terjebak untuk memaksakan pemahaman nalar kita.
Dia : Memaksakan gimana?
Aku : Ya misalnya karena kita nggak bisa melihat Tuhan lantas kita bilang Tuhan itu nggak ada, itu kan namanya memaksakan Tuhan untuk berada dalam standar kita. Padahal itu kan standar manusia, standarnya makhluk ciptaan-Nya.
Dia : Eh, kalau misalnya kita mempertanyakan Tuhan gimana?
Aku : Contohnya?
Dia : Ya mempertanyakan kebijaksanaan-Nya, mempertanyakan alasan dari tindakan-Nya, atau bahkan pertanyan lain yang seringkali dianggap tabu
Aku : Kalau menurutku sih ngak apa-apa
Dia : Kan banyak orang yang menganggap hal seperti nggak pantas, pantang atau malah bisa bikin kualat.
Aku : Ah kayaknya Tuhan nggak akan nuduh kita subversif kok ^_^ tapi ya kembali lagi seperti kata kamu, karena nalar kita terbatas ya jadinya belum tentu kita bisa mendapat jawaban.
Dia : Iya yah....

24 January 2007

Aku Bersama Sepeda Motorku

Sepeda motor dalam hidup saya punya kedudukan yang hampir sama dengan buku, maksudnya keduanya sama-sama sulit dipisahkan dari keseharian saya. Tunggangan pertama saya adalah Yamaha Alfa keluaran tahun 1989, motor ini merupakan motor yang diturunkan dari kakak-kakak saya.

-Kenapa merk motornya Yamaha?-
~Karena ini motor buatan Jepang, kalau buatan Arab namanya YaMahmud'~

Motor berkapasitas sekitar 100cc ini masih cukup handal untuk dipacu hingga 100km/jam, yah berhubung pada waktu itu tidak banyak motor dengan cc gede jadi kecepatan itu cukup keren ^_^ Yah, harap maklum karena masih pemula dan ABG jadi ya masih doyan kebut-kebutan, masih doyan belok dengan kecepatan tinggi sambil memiringkan motor. Alhamdulilah meski gaya berkendara saya yang cukup norak waktu itu, saya tidak pernah jatuh atau nabrak (ralat:pernah satu kali nabrak dan jatuh waktu belajar motor).

Waktu itu motor buat saya cuma berfungsi sebagai alat transportasi, sarana jalan-jalan dan sarana ngebut. Les, main, kadang ke sekolah ketika ada kegiatan di sore hari atausedang ada latihan drum band, nonton film, ke ding-dong, dan kegiatan lain yang juga disekitar situ-situ saja.

Ketika masuk SMA, gaya berkendara saya mulai berubah, meski masih sering kebut-kebutan tapi saya mulai senang berkendara untuk menempuh jarak yang lebih jauh. Alasannya selain karena mulai senang avonturir juga karena saya sudah punya SIM (Sempat tes juga lo, meski ga lulus dan akhirnya nembak juga) ditambah lagi setelah pertengahan kelas satu SMA saya mulai ikut eskul pecinta alam Bramastya. Sebenarnya buka masalah PA nya tapi karena di Bram's inilah saya ketemu orang-orang yang juga hobi berkendara, alasan lain adalah karena hampir sebagian besar anggota cewek di angkatan kita bertempat tinggal di luar kota (kabupaten maksudnya) maka seringkali kita seangkatan bermotor bareng buat nganterin mereka, seringkali ketika hari sudah menjelang pagi (jam 23.45) atau bahkan sepulang dari survey di pagi hari (03.00).
Berkendara bareng-bareng begini memang menyenangkan, dan kita juga selalu ingat buat nggak belagu dan merasa jadi penguasa jalanan, yahh... kecuali pas jam 3 pagi dan jalanan sepiiii... banget ^_^ namanya juga masih muda hehe. Berkendara tengah malam juga nggak lepas dari resiko, meski jalanan sepi dari kendaraan bermotor gangguan masih bisa saja muncul, mulai dari orang mabuk hingga operasi penertiban bencong. OK CUKUP! jangan tanya apa hubungannya.

SMA kelas 1 adalah masa dimana saya yang tidak punya pengalaman otomotif (kecuali cara mengganti busi) nekat melakukan perjalanan menuju ke pantai utara pulau jawa bagian timur, untuk lengkapnya bisa dibaca disini :
  • dan ini:


  • Setelah itu pun saya masih sering berkendara, meski tidak lagi sejauh itu, Jogja adalah salah satu kota favorit saya. Meski seringkali cuma melintas di kotanya, mampir di angkringan atau Gramedia, mengisi bensin, dan kemudian mampir ngopi di warung-warung antara Solo dan Ngawi, dan kemudian pulang melintasi kawasan hutan Mantingan. Satu hal yang hampir pasti adalah kami selalu melewati hutan ini setelah pukul 10 malam. Hal ini jelas sangat tidak baik untuk kesehatan, bukan karena udara malam yang dingin dan lembab tapi lebih dikarenakan kondisi hutan yang cukup menyeremkan, tapi lebaran 2 tahun yang lalu daerah ini sudah cukup banyak penerangan kok.

    Acara berkendara keluar kota ini mulai berkurang ketika di kelas 3 SMA, hingga kemudian saya menginjakkan kaki di kota Bandung ini. Masih dengan Yamaha Alfa tercinta yang saya kirimkan dengan kereta api. Saya menyusuri, melintasi dan tersesat di kota ini. Tidak jarang bahkan kebersamaan kami diisi dengan kegiatan mendorong, menggelinding, pokoknya aktifitas yang cukup mengundang keringat, maklum motor ini seringkali mati bila hujan cukup deras.

    Kebersamaan kami masih berlanjut hingga beberapa tahun kemudian motor ini mulai semakin melemah, meski masih cukup kuat dipacu dengan kecepatan alakadarnya, borosnya bensin dan mahalnya biaya perawatan membuat kami terpaksa berpisah. Cukup banyak teman yang menganjurkan agar motor ini tidak dijual tapi dimuseumkan ~_~; tapi karena ini sudah diluar wewenang saya maka akhirnya motor ini (bisa) dijual juga.

    Setelah beberapa saat melewatkan hari dengan supir angkot, eh dengan naik angkot maksudnya, akhirnya datanglah sebuah motor baru ^_^ Honda GL-MAX,125 cc. Bersama motor inilah saya beberapa kali mudik lebaran ke Madiun dengan berkendara, juga ke Jakarta beberapa waktu yang lalu. Meski cc-nya tergolong kecil untuk ukuran motor masa kini tapi ini sudah mencukupi buat saya, dan saya juga tidak terlalu tertarik untuk menggunakan motor dengan cc 200 keatas karena menurut saya mubazir.

    Omong-omong soal motor gede

    Saya lebih sering sebal daripada kagum pada para pengguna motor gede, mulai dari Harley, BMW, atau juga yang sok gede macam Tiger atau Thunder dll, dsb...
    Saya sebal bukan pada motornya, tapi pada para pengendaranya, apalagi kalau mereka sedang berkonvoi bareng-bareng, mulai dari bikin macet, menuh-menuhin jalan, hingga membahayakan pengguna jalan lain, dan tidak ditindak polisi pula!?! akhirnya mereka benar-benar bertingkah bak raja jalanan. Padahal mereka itu berlalu lalang di jalan-jalan kota yang seringkali penuh oleh kendaraan lain, tapi apa mau dikata meski bukan kita yang salah toh kita juga yang harus kalah. Kenapa sih mereka harus diistimewakan? Mereka kan bukan ambulance, pemadam kebakaran atau kereta api? Lantas kenapa mereka tidak bertindak seperti pengguna jalan yang normal, apakah karena mereka kaya (lagi-lagi status sosial yang jadi alasan) sehingga bisa mendapat perlakuan khusus? Yup, mungkin kita sama-sama tahu jawabnya.

    It's need more than machine to become a rider
    ~butuh lebih dari sekedar mesin untuk menjadi seorang pengendara~

    16 January 2007

    bencana dan berkah

    Tahun baru belum lama berlalu, di luar negeri ini mungkin banyak yang baru, tapi disini, didalam negeri ini masih seperti tahun-tahun yang telah berlalu. Para pejabat yang sudah kaya berlomba semakin kaya, mereka yang tidak mampu terus berkurang (baca:meninggal) dan bertambah (baca:mejadi miskin) dalam saat yang bersamaan. Dan seakan belum cukup bencana masih terus hadir dibumi ini, dan ada banyak hal yang terjadi dalam menyikapi bencana ini.

    ketika sebuah kejadian hadir dan menjadi bencana bagi sebagian orang, maka ia mungkin hadir dalam bentuk yang lain bagi sebagian orang lainnya. Bagi para oportunis atau penggemar kesempatan dalam kesempitan maupun kelonggaran, bencana adalah sebuah kesempatan dalam meraih keuntungan. Mulai dari kesempatan untuk korupsi dana bantuan, sumbangan, atau kesempatan untuk mengeruk keuntungan lewat harga barang. Ada juga sebagian orang yang menganggap bahwa bencana adalah sebuah bentuk azab dari Tuhan dan masih banyak lagi, bisa jadi bencana adalah sumber berita, tontonan, dan kadang juga menjadi bahan uji coba dan peluang untuk tebar pesona dan menciptakan citra. Rasanya kita tidak perlu lagi komentar soal para oportunis tersebut, selain cuma membuat kita lebih jengkel juga tidak akan merubah keadaan.

    Ketika sebuah bencana hadir, terutama bila hal tersebut berskala cukup besar, maka kita sering menganggap bahwa ini adalah murka Tuhan, sebuah azab, sebuah wujud dari kemarahan Tuhan, dan seakan-akan bencana tersebut adalah sebuah takdir tak terelakkan. Saya sendiri setuju bahwa Tuhan pasti punya kehendak, punya alasan yang mungkin tak bisa kita pahami, namun rasanya kurang tepat bila kita menganggap bahwa bencana yang terjadi hanyalah karena kehendak Tuhan. Bahkan saya sering mendengar kalimat seperti ini "Yah, namanya juga takdir, meski sudah berusaha hati-hati ya tetap saja celaka".

    Sama halnya dengan bencana, berkah juga datang dari Tuhan, jika demikian maka seharunya berkah juga sesuatu yang tak terhindarkan dan dapat tiba tanpa kita harus berusaha. Atau bagaimana bila bencana itu adalah sebuah berkah? Misalnya letusan gunung yang membawa abu vulkanik hingga dapat menyuburkan tanah pertanian. Lantas kita sebut apa yang seperti itu.

    Apapun itu, bencana akan terus mewarnai sejarah manusia, baik yang disebabkan oleh ulah para manusianya ataupun yang memang sudah digariskan oleh sang pencipta. Satu hal yang menurut saya harus dirubah adalah bahwa kita harus menyadari bahwa musibah itu bagian dari hidup, bahkan meski bila kita adalah manusia baik hati yang rajin beribadah dan gemar menabung. Dengan menyadarinya maka kita akan bisa bersiap-siap menghadapinya dan memaklumi kehadirannya, dan bukan sekedar berdoa tapi juga berusaha mencegah, menghadapi dan menangulanginya.

    09 January 2007

    Membantu dengan tidak memberi bantuan

    Pada suatu ketika, di sebuah sungai yang sedang meluap terhanyutlah dua buah belanga. Belanga yang pertama terbuat dari tanah liat, ia terombang-ambing diguncang arus sungai. Belanga yang kedua terbuat dari perunggu, karena terbuat dari logam maka meski ia terguncang kesana-kemari, tubuhnya tidak akan pecah.

    Kemudian oleh belanga perunggu dilihatnya belanga pertama yang berusaha keras agar dirinya tidak membentur batu kali. Karena merasa kasihan maka didekatinya belanga tanah liat itu dengan maksud untuk melindunginya dari batu kali. Sementara itu si belanga tanah liat justru semakin menjauh karena ia takut dirinya akan celaka bila membentur si belanga perunggu. Melihat si belanga tanah liat menjauh, belangga perunggu justru berusaha semakin keras untuk mendekat, dia menggoyangkan tubuhnya lebih kencang lagi untuk menyusul belanga tanah liat. Dan tak dapat dielakkan lagi, keduanya bertabrakan hingga si belanga tanah liat menjadi pecah berkeping-keping karena tertabrak oleh belanga perunggu.

    Ini salah satu cerita yang saya baca pada waktu saya masih TK, kalau tidak salah cerita ini dimuat di Bobo.

    ===Tahu Bobo kan?, anak kelinci yang bikin Batman ga bisa pake lambang 'B' didadanya karena udah diduluin dia ^_^===



    Oke lah anda nggak harus tahu siapa itu Bobo karena cerita ini memang bukan tentang si Bobo. Inti dari cerita ini adalah keinginan untuk menolong. Hampir bisa dipastikan bila anda cukup manusiawi ^_^ anda pasti pernah menolong atau setidaknya ingin menolong orang lain.
    Keinginan menolong orang lain memang baik, termasuk kegiatan yang terpuji dan mulia kata penataran P4. (Tentu saja jika menolong untuk hal yang baik)

    Akan tetapi nggak selamanya niat baik anda menjadi sebuah kebaikan, contohnya pada cerita diatas. Lantas apakah dalam kehidupan sehari-hari hal seperti itu juga terjadi? Tentu saja, kadang perbuatan yang kita niatkan baik justru menyinggung atau mengganggu orang yang akan kita bantu, bahkan meskipun kita bukan sebuah belanga.

    Ada banyak sebab yang menjadikan bantuan kita berubah menjadi sebuah gangguan, yang pertama adalah waktu atau timing. Misalnya pada waktu teman anda baru saja membeli makan, kemudian anda membantu menghabiskannya, ini jelas sebuah bantuan yang tidak diharapkan. Just kidding ^_^ maksud saya timing adalah misalnya teman anda baru saja tertimpa musibah, kemudian anda langsung menghampiri dengan maksud membantu, hal ini bagus jika memang teman anda membutuhkan bantuan sesegera mungkin. (kecemplung sumur misalnya, kan harus segera dibantu) sebaliknya ada juga masalah yang membuat kita membutuhkan waktu lebih untuk menyendiri, entah untuk berpikir, merenung ataupun sekedar menenangkan pikiran, misalnya jika habis putus dengan pasangan atau setelah sebuah pertengkaran.

    Hal lain yang juga berpengaruh adalah posisi anda, seberapa dekat dan seberapa paham anda dengan orang yang akan anda bantu. Tentunya untuk hal ini dibutuhkan kesadaran dari diri anda apakah anda telah benar-benar dekat dan memahami orang yang akan anda bantu, sebab bila anda kurang paham tentunya niat baik anda tidak akan tersampaikan dengan maksimal. Anda juga harus tahu apakah anda adalah orang dekat baginya ataukah sekedar kenalan, teman, atau bahkan dia tidak kenal anda.

    Terakhir yang perlu anda ketahui adalah apakah bantuan anda benar-benar dibutuhkan dan apakah bantuan anda akan membantu. Agak membingungkan yah @_@; Yah intinya adalah bantulah dengan bantuan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan, dan hal ini tidak hanya terbatas pada benda-benda tapi juga tindakan dan sikap. Perlu juga untuk diingat pada banyak kejadian empati lebih dibutuhkan daripada simpati, kadang anda tak perlu melakukan apapun, anda hanya perlu mencoba ikut merasakan tanpa harus bersikap pro atau kontra.

    "Terkadang tidak berbuat apapun adalah juga sebuah bantuan"

    Bandung



























    Dalam sepi kian bertahta
    adakah angan lain? desah lain?
    lagu lain? atau satu puisi paling syahdu
    yang belum sempat kuresapi dalam gelak kotaku

    (rys revolta)

    05 January 2007

    Dan warna favoritnya tetap merah

    Dia pernah...jatuh cinta pada warna mentari pagi
    terbutakan oleh terang cahaya, ia mengerjapkan matanya
    dan dalam sekejap warna itu pudar

    Perjalanan membawanya ke selatan
    ke sebuah negeri dimana ia terpesona oleh warna angin musim semi
    hangat angin selatan menyusup di sela rambutnya
    kembangkan semangatnya berjalan menyusuri dunia

    Diiringi lambaian hijau pakis haji
    hijau daun pohon pinus antar ia ke puncak gunung
    diantara hijau lumut dan semak perdu
    masih kulihat siluet senyumnya di balik bayangan matahari

    Ketika langit kelabu semakin gelap
    awan hitam bergulung
    sesekali angin tersayat oleh kilat keperakan
    karang hitam tersapu ombak biru yang semakin meninggi
    meninggalkan buih di pasir putih

    "It's alright" katanya "...setelah meneteskan air mata, langit akan kembali biru"
    "Bukankah langit sedang membara oleh amarah?" tanyaku "akankah ia reda oleh air mata?"

    Ia tersenyum
    embun bening dipipinya
    ...dan warna favoritnya tetap merah.





    Barisan kalimat ini ditujukan pada
    my lovely "sweet one"
    atas permintaannya sendiri ^_^

    Sekali Waktu Dalam Hidup

    Sekali waktu dalam hidup.....ehm, saya sendiri juga tidak tahu kenapa kalimat ini tiba-tiba melintas, kemudian ditulis secara sekilas di notes dan sekarang dituangkan di blog ini, yah...mungkin ini juga sebuah hal yang "sekali waktu dalam hidup"

    Sekali waktu dalam hidup, tentu saja hal yang akan saya bicarakan ini bukan benar-benar hal yang hanya akan terjadi sekali saja dalam hidup kita, yang saya maksud sekali waktu dalam hidup adalah kita sebaiknya melakukan hal ini meskipun hanya sekali waktu dalam hidup. Anda mungkin akan bertanya kenapa kita harus melakukannya? Apakah itu sangat penting? Entahlah ^_^ mungkin anda akan menemukan jawabnya setelah membaca posting ini.



    Sekali waktu dalam hidup kita mesti : Melihat matahari terbit

    Kita semua pasti tahu betapa pentingnya fungsi anggota tatasurya yang satu ini, sayangnya sebagian besar dari kita, dan mungkin anda juga, tidak terlalu menganggap ini istimewa. Matahari sudah menjadi bagian dari keseharian kita, ketidakhadirannya akan sangat mengganggu hidup kita, tapi kita lebih sering mengeluh karena panasnya daripada menikmatinya. Jadi sekali waktu cobalah untuk bangun pagi dan memandang proses terbitnya matahari, nggak harus ke gunung atau ke pantai kok ^_^ Coba pandangi langit dari waktu masih gelap hingga saat matahari benar-benar sudah muncul.
    Saya selalu merasa bahwa dengan memandang matahari terbit, kita bisa ikut merasakan munculnya sebuah energi, timbulnya sebuah semangat baru yang meluap-luap, sebuah kesegaran yang berpadu dengan kehangatan.

    Sehubungan dengan kegiatan melihat matahari terbit yang mesti dilakukan pagi hari, biasanya kendala yang sering muncul adalah kemampuan untuk bangun pagi ^_^ tapi saya jadi ingat kata-kata seseorang yang dekat dengan saya "...kalau seseorang tidak bisa bangun pagi, dia tidak bisa melakukan hal yang lebih hebat lagi". Jadi selamat bangun pagi dan menikmati matahari terbit.



    Sekali waktu dalam hidup kita mesti : Jalan-jalan

    Ya! jalan-jalan, tentu saja yang saya maksudkan disini adalah jalan-jalan dalam artian yang sebenarnya, bukan dengan motor, mobil atau kendaraan yang lain tapi benar-benar dilakukan dengan kedua kaki kita. Jalan-jalan ini juga bukan sebagai kegiatan pendukung, misalnya ketika berbelanja, ketika sedang berada di obyek wisata atau bisa juga karena pekerjaan. Jalan-jalan yang satu ini harus bebas dari kepentingan lain ~_~; duh...

    Selain keadaan cuaca yang mendukung, lokasi jalan-jalan sebaiknya juga yang menyenangkan, aman, dan memang layak untuk berjalan-jalan (bukan kuburan atau Tempat Pembuangan Sampah). Kegiatan jalan-jalan ini sebaiknya diawali dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk berjalan-jalan dan bukannya ngeceng, belanja, bermain atau bahkan berternak kambing, karena selain tidak efektif juga akan melenceng dari tujuan awal. Setelah anda yakin dengan niat anda, yang anda perlukan hanyalah mengambil langkah pertama dan lanjutkan dengan yang kedua, ketiga, empat.... dan seterusnya. Cobalah untuk menikmati jalan-jalan anda, amati sekeliling anda, mungkin anda akan menemukan banyak hal yang selama ini terlewatkan.



    Sekali waktu dalam hidup kita mesti : Hujan-hujan

    Anda mungkin bertanya kenapa mesti hujan-hujan? Selain beresiko terserang flu berbasah-basahan sekaligus kedinginan bukan hal yang terlalu menarik bagi sebagian orang. Meskipun begitu saya tetap merasa bahwa hujan-hujan harus dilakukan bahkan meski hanya sekali seumur hidup. Tentu saja yang saya maksudkan adalah hujan air bukan hujan batu, hujan abu ataupun hujan darah ~_~; ehm tapi kalau hujan duit mungkin agak beda. Acara hujan-hujan ini juga harus dilakukan dengan sengaja, artinya anda bukannya tidak sengaja atau terpaksa berhujan-hujan melainkan benar-benar merelakan diri anda untuk dihujani oleh butir-butir air yang ditumpahkan dari angkasa ^o^ hehe...

    Dalam berhujan-hujan sebaiknya anda mengenakan pakaian yang santai atawa kasual, tidak perlu tebal tapi sebaiknya tetap memakai pakaian. Jangan sampai tidak mengenakan pakaian! bukan karena tidak sopan atau takut dianggap gila tapi bila anda tidak memakai baju maka sensasi yang anda alami tidak akan berbeda jauh dengan mandi menggunakan shower. Anda bebas berlari, melompat, ataupun berputar-putar (asal tidak takut terpeleset) nikmatilah setiap tetes air yang menimpa sekujur badan anda, rasakan kegembiraan dan kesegaran yang dipancarkan oleh air hujan.


    Nah itulah beberapa dari banyak hal yang menurut saya harus dilakukan meski cuma sekali dalam hidup kita, apakah anda setuju? Bila anda setuju silahkan dicoba, bila tidak setuju.... ya sebaiknya anda coba dulu, baru anda boleh tidak setuju ^_^ dan meskipun anda tidak setuju toh anda sudah mencobanya hehehe.....@_@

    03 January 2007

    Sekali Lagi Tahun Baru

    Hari senin kemarin bertepatan dengan tanggal 1 Januari, yang kebetulan juga merupakan hari diperingatinya pergantian tahun dalam kalender masehi atau untuk gampangnya disebut tahun baru. Setidaknya bila kita mengacu pada penanggalan masehi maka kita telah memperingati setidaknya 2000-an lebih perayaan tahun baru. Dan seperti juga tahun-tahun sebelumnya tahun baru kali ini dirayakan cukup meriah dinegara kita. Aneka perayaan, pagelaran, pertunjukan musik, festival, aneka rupa pesta mulai dari "New Year Eve Party" hingga aneka kegiatan bertajuk 'Old and New' digelar. Di jalan-jalan, di berbagai tempat umum, di hampir semua tempat wisata, di gunung, di pantai, dan lebih lagi di tengah kota, gegap-gempita memenuhi (hampir) segala penjuru.

    Lantas bagaimana dengan anda? ikut merayakannya? ikut berpesta, beramai-ramai keliling kota, atau sekedar melewatkan pergantian tahun dengan menonton acara televisi di rumah? Bagi sebagian orang saat-saat pergantian tahun menjadi sebuah momen yang istimewa, sehingga sebisa mungkin mereka berusaha melewatkannya dengan sebuah acara yang istimewa pula. Saya sendiri melewatkan acara tahun baru dengan kegiatan yang berbeda-beda, waktu SD saya lebih sering melewatkannya dengan keluarga saya, menginap di hotel dan melewatkan semalam suntuk menonton acara televisi. Ketika saya mulai memasuki masa puber atawa ABG maka saya lebih sering melewatkannya bersama teman-teman saya, entah itu sekedar makan-makan bareng, ngobrol, main game atau keliling kota dengan menggunakan sepeda atau sepeda motor. Pada masa awal kuliah di Bandung saya melewati malam tahun baru dengan mendatangi beberapa festival, event atau justru memilih untuk pulang.

    Tanggal 31 Desember kemarin saya melewatkan malam pergantian tahun dengan tiduran di kamar setelah menonton beberapa episode 'One Piece' sorenya, terbangun sebentar pada tengah malam (gara-gara disekitar kost banyak yang menyalakan kembang api) dan kemudian tidur lagi agar bisa bangun jam 4 pagi dan berangkat ke Jakarta. Entah kenapa saya juga tidak merasa terlalu kehilangan momen tahun baru ini, entah karena merasa bahwa tahun baru berarti saya akan semakin tua atau karena memang tidak ada kegiatan menarik yang bisa saya lakukan.

    Sebenarnya saya juga sempat mempertanyakan kepada diri saya sendiri, untuk apa sih segala perayaan itu, segala hiruk pikuk yang terjadi, segala keramaian yang seringkali lebih mirip euforia. Apakah itu adalah perayaan kemenangan, tapi kemenangan siapa? Kemenangan pasar tentunya, segala kegiatan yang mendorong perputaran uang dalam jumlah yang cukup mencengangkan, berpusar dari berbagai kantong, baik yang tipis maupun yang tebal, dan akhirnya bermuara pada kantong-kantong pemilik modal ~_~

    Dan saya akhirnya harus tersenyum (getir) sendiri, toh saya juga pernah ikut meramaikan perayaan-perayaan itu, menikmati, dan bahkan begitu tenggelam dalam kegembiraan yang saya katakan mirip euforia itu. Bukan tidak mungkin suatu saat saya pun akan menikmati kegembiraan itu lagi, melewatkan malam tahun baru dengan berbagai perayaan, berbagai acara, dan juga dengan kaburnya lembaran rupiah dari dompet saya. Tapi bukankah setidaknya sekali dalam setahun kita boleh bergembira dan sekali lagi berharap semoga di periode yang akan datang nasib kita akan menjadi lebih baik, agar semua hal buruk yang telah terjadi di tahun sebelumnya tidak lagi terjadi.

    Saya jadi ingin mengajak diri saya dan bila tidak keberatan anda juga boleh ikut, untuk mencoba menengok kembali perjalanan yang telah kita lalui, dan merefleksi kembali apa yang telah terjadi. Mencoba untuk mengamati segala kegagalan, segala kesempatan yang terlewatkan, dan segala hal yang kita sesali dalam setahun kemarin. Kemudian tanpa harus terjebak pada ingatan masa lalu mari kita berusaha untuk menjadikan tahun ini tahun yang lebih baik.


    Selamat Tahun Baru 2007