11 June 2007

Ngopi

"A man should like a coffe, hot, strong and litlle sweet"


Suka minum kopi? Saya suka, baik kopi hitam biasa ataupun yang plus jahe, juga kopi macam cappucino, moccachino, dan aneka varian lainnya. Kopi selain identik dengan pahit juga identik dengan sifat maskulin, demikian juga dengan rokok, bahkan salah satu merek rokok pernah punya tagline yang berbunyi "Musikku keras, Kopiku kental, Rokokku ....." (Saya lupa rokoknya, mungkin salah satu keluarga Gudang Garam"). Soal rokok tidak perlu dibahas karena selain sudah jelas-jelas tidak mendukung maskulinitas atawa kejantanan sepertinya kopi lebih menarik buat saya.

Dulunya kopi merupakan tanaman yang ekslusif. Ekslusifitas kopi bukan semata karena harga ataupun jumlah namun kopi juga sempat dianggap minuman terlarang karena efek yang ditimbulkannya. Di Arab, Makkah, Kairo dan Mesir majelis keagamaan sempat menetapkan larangan dalam untuk mengkonsumsi kopi, apalagi membuka warung kopi. Hingga akhirnya Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki menghilangkan larangan tersebut pada 1524. Bahkan meski pada wilayah Arab dan sekitarnya kopi sudah cukup tersebar, kopi masih merupakan bahan minuman ekslusif karena dilarang keluar dari wilayah Arab.

Orang Belanda lah yang sukses memnyebarluaskan (baca:menyelundupkan) kopi di Eropa. Mungkin hampir mirip dengan kasus Marco Polo yang juga menyelundupkan resep mie dari Cina. Dan ketika Belanda menjajah Indonesia maka disebarluaskanlah kopi di tanah jajahannya ini, yang ternyata cukup sukses. Kopi asal Arab yang tidak lagi tumbuh di Arab meski juga tidak bisa di Urap eh, sori, Kopi Arabika ini dibedakan jenisnya berdasar pelabuhan pengekspornya, dan dua pelabuhan yang kesohor adalah Jawa dan Mocha.

Di Indonesia sendiri ada berbagai kopi terkenal mulai dari daerah Sumatra, Jawa, dan kalau tidak salah (CMIIW) di Bali pun ada beberapa. Ada kopi Luwak, yaitu kopi yang telah dimakan oleh Luwak (Musang), akan tetapi karena pencernaan nya (nya=Luwak) tidak dapat memprosesnya maka biji kopi ini dikeluarkan bersama kotoran masih dalam bentuk biji kopi. Setelah kotoran luwak (yang mengandung biji kopi) ini dikumpulkan dan dijemur hingga kering dan kemudian dipisahkan antara biji kopi dan kotoran luwak maka biji kopi ini siap diproses lebih lanjut untuk menjadi kopi bubuk. Meski bukan pakar dalam merasakan kopi tapi menurut saya kopi ini punya wangi yang khas, mungkin karena biji kopinya pasti yang sudah memiliki tingkat kematangan yang bagus ditambah lagi dihangatkan dalam perut Luwak ^_^

Ada juga kopi jos, kopi yang satu ini asal kota Jogeja (Baca:Yogya) yaitu kopi didalam gelas yang kemudian ditambahkan sepotong arang yang masih menyala sehingga akan menghasilkan bunyi Jossshhh.... Menurut penjualnya sih bisa untuk menghilangkan
masuk angin. Jadi sembari melahap jajanan menyeruput kopi jadi maki jos ^_^



Kopi dan suasana

Menurut saya kopi itu identik dengan suasana santai, mulai dari cafe, warung kopi, atau bahkan kopi buatan sendiri, seringkali kopi dinikmati dengan santai, dengan mat, tanpa ada rasa terburu-buru bahkan jauh dari kesan resmi. Selain karena efek dari kafein yang memang membuat otak kita bereaksi menjadi lebih santai minum kopi buru-buru juga nggak seru kan apalagi waktu masih panas.

Meskipun starbucks dan cafe-cafe semacamnya juga menyajikan kopi namun jelas tetap beda dengan warung kopi pinggir jalan. Nggak cuma soal harga, gelas atau tempat duduk tapi yang lebih penting adalah suasana. Mungkin bolehlah anda sebut saya kampungan tapi saya tetap merasa bahwa cafe bukan tempat santai buat saya, seratus persen (bolehlah kurang dikit) saya lebih pilih nangkring atawa lesehan di warung kopi. Di warung kopi anda nggak perlu jaim, nggak perlu takut gengsi, nggak perlu dipusingkan apakah anda orang kantoran atau pengangguran anda berhak dan boleh ngopi di warung kopi (dengan catatan tetap bayar atau dibayari)

Diwarung kopi anda juga boleh ngomong apa saja, mulai dari politik sampe rekan anda yang selingkuh. Apalagi sambil ngobrol dengan penjualnya anda mungkin akan mendapatkan berbagai gosip terbaru yang tidak ditayangkan di infotaiment ^_^ Warung kopi memang bukan sekedar sarana memenuhi kebutuhan fisik tapi juga kebutuhan sosial dan sekaligus sarana relaksasi. Di warung kopi anda juga bisa berlama-lama meski cuma membeli segelas kopi, yah setidaknya di warung kopi dekat rumah saya begitu ^_^ mulai malam hingga pagi dilewatkan dengan segelas kopi dan satu dua jajanan ringan, toh si penjual tetap bertahan berjualan (entah karena tidak ada pilihan atau memang masih bisa untung lewat harga kopi dan jajanan yang tidak seberapa itu)

Sayang di Bandung saya belum bisa menemukan tempat ngopi yang asik, yang bukan tempat nampang, yang bisa santai meski cuma beli kopi segelas, yang.....Huuuaaaahhhhmmmm.....Bye..Z_Z zzzzzZZZzzzZZZ