18 December 2008

Bunuh Diri

Kata ini cukup sering melintas di benak saya beberapa hari terakhir, bukan karena pengaruh siaran berita mengenai beberapa kejadian bunuh diri, bukan pula karena berniat melakukannya, hanya saja kata ini terus-terusan melintas seakan menantang saya untuk menangkap dan menjejalkannya dalam postingan saya.

Saya tidak pernah berniat bunuh diri, buat saya kematian saya nanti haruslah punya arti lebih, harus keren, layak buat dikenang, dan yang pasti juga punya makna (setidaknya untuk memberi arti lebih dari hidup yang sudah saya jalani) dan menurut saya bunuh diri jelas tidak memenuhi syarat kematian seperti itu.

Kebanyakan alasan orang memutuskan untuk mengakhiri hidup adalah ketika mereka merasa depresi, merasa tidak mampu lagi bertahan untuk melanjutkan hidup. Sebabnya ada bermacam-macam, bisa karena ekonomi, karena stress pekerjaan, karena cinta dan banyak lagi. (Saya tidak mengikutsertakan bom bunuh diri) Buat sebagian dari kita alasan tersebut mungkin konyol, aneh bahkan menggelikan, tapi tidak bagi mereka yang mengalaminya. Pada kondisi depresi dan stress berat seperti itu kita punya kecenderungan kehilangan kemampuan berpikir sehat, terutama bila hal tersebut terjadi dalam kurun waktu berkepanjangan atau terjadi secara sangat mendadak. Mendadak miskin, mendadak patah hati, tapi jelas bukan mendadak dangdut.

Kadangkala kematian memang sebuah pilihan, pada perang, pada terorisme, pada kehidupan sehari-hari dan masih ada lagi. Kadang kematian itu bisa berarti perlawanan atau pengorbanan untuk mencapai tujuan lain (pada perang, terorisme, pemberontakan, demonstrasi) tapi bisa juga kematian itu adalah pilihan untuk menyerah, untuk melarikan diri dari kondisi tertentu.

Menyerah Pada Hidup

Anda mungkin belum pernah mencoba bunuh diri, tapi saya rasa anda pasti pernah menyerah pada suatu hal. Misalnya saja ketika bangun pagi, terkadang rasa malas itu begitu memberatkan kedua kelopak mata kita, dan kemudian anda akan menyerah pada rasa malas dan merebahkan punggung anda.

Bagaimana rasanya? Nikmat? Menyenangkan?

Atau kejadiannya bisa saja ketika anda sedang mengerjakan sebuah tugas yang sangat menyita waktu dan kosentrasi anda, menggerakkan tubuh atau bahkan sekedar membuka mata adalah sebuah perjuangan berat bagi anda. Apakah anda akan menyerah? Membiarkan tubuh anda tergeletak, mata anda tertutup dan kemudian tertidur.

Nah sekarang ketika hidup terasa begitu melelahkan, anda merasa buntu, segala hal yang anda harapkan berjalan tidak sesuai dengan yang anda harapkan, apakah sekali waktu anda tidak pernah merasa ingin menyerah?

Saya pernah, saya pernah sangat ingin menyerah, tapi saat itu saya tidak ingin mengakhiri hidup saya, saya cuma merasa bahwa kalaupun hidup saya berakhir saya tidak peduli. Jadi saya pikir saya bisa memahami kenapa seseorang ingin mengakhiri hidupnya.

Walau begitu saya tetap merasa bahwa bunuh diri bukan sebuah solusi, bunuh diri memang sebuah pilihan tapi (buat saya) itu sama saja dengan melarikan diri. Saya tidak tahu apakah ada pembaca blog ini yang berniat bunuh diri (semoga tidak) tapi sekedar untuk anda ingat, bahwa seberat apapun hidup anda, sesulit apapun jalan yang anda tempuh, jangan menyerah, bertahanlah, dan mungkin anda akan mengetahui sesuatu yang selama ini belum terlihat.