31 January 2009

Sentimental Grafitti

Begitu rindu menampilkan deretan kata
Yang dengan bangga aku sebut puisi
Begitu ingin menumpahkan semua
Barisan kalimat yang sesakkan kepala



Gara-gara hujan yang turun nyaris tiap sore pada beberapa hari terakhir, saya jadi kelewat sentimentil, moody, dan (makin) nggak jelas
(teringat kata seorang teman "hujan di sore hari adalah saat yang tepat untuk seorang pria menjadi sentimentil")
Akhirnya kupindahkan juga isi notes N-Gage ku ke postingan kali ini




Ketika semua kata yang kupunya
Coba kujejalkan dalam kotak pesanmu
Dan masih belum bisa menjangkau hatimu
Hingga akhirnya segala rasa jiwa yang ada
Kugubah menjadi sebait mantra
Karna aku masih takut untuk berdoa

Sore/311






Seandainya bisa
Aku ingin membunuhmu
Sebagai pereda luapan amarah
Sebagai penuntas seteru kita
Juga sebagai penghormatan
Atas Cintamu pada Wanitaku

Seandainya bisa
Aku ingin melenyapkanmu
Agar aku berhenti membencimu
Agar dia berhenti mencintaimu
Dan agar aku berhenti curiga padanya

Ya...
Seandainya membunuhmu tak akan melukai hatinya
Tentu sekarang kalian tak akan lagi tertawa
...berdua


Malam/sebelum 11



Pahit...
Mengapa dia selalu hadir di mimpiku
Jika dia bukan untukku

Duh yang Maha Kuasa
Masih bolehkah aku berdoa?
Luluhkan hatinya
Kembalikanlah dia padaku


Menjelang pagi/128




Aku laki-laki biasa
Pernah patah hati
Dan kemudian jatuh cinta pada bidadari
Karena langit terlalu tinggi untukku
Kubujuk dia turun ke bumi
Mengikat dan memaksanya tetap bersamaku

Hingga hari itu tiba
Hari dimana ia temukan sayapnya
Dan terbang kembali ke angkasa

Mungkin ini memang kehendak Sang Pembuat Cerita
Bahwa bidadari bukan tercipta untuk laki-laki biasa


Malam/entah kapan