12 December 2012

Mari Menulis (Kembali)

Kemarin seorang saudara muda memuat post saya di blog ini pada grup Pecinta Alam kami, tadinya saya pikir ini bakal sekedar menjadi lucu-lucuan, ternyata pageview saya meningkat drastis pada setelahnya. 

Saya memang tidak tahu pasti apakah mereka benar-benar membaca atau sekedar melintas, tapi saya senang, saya merasa diingatkan kembali pada nikmatnya menulis dan nikmatnya ketika tulisan saya dibaca. (Ughh... OK saya tahu, ini memang terbaca seperti seseorang yang sedang memuaskan kompleks narsis nya)

Sejak awal November yang lalu saya sudah mencoba menulis (kembali) namun hasilnya tidak maksimal. Ada banyak alasan klise yang bisa saya sebutkan, mulai tidak ada waktu hingga tidak ada selera, dan menghibur diri "...ah setidaknya saya sudah menulis draft, bikin coret-coretan" dan dengan  demikian saya merasa sudah menulis. Padahal tulisan yang berupa draft sebenarnya hanyalah masakan setengah matang, tidak layak saji dan tidak pantas dipamerkan.

Jadi di tanggal 12-12-2012 ini, dimana jutaan orang lain meributkan kiamat, akhir dunia, atau serangan asteroid maha dahsyat, saya lebih memilih menjadikan hari ini sebagai sebuah momen untuk menulis (kembali).

20 February 2012

Guruku Cantik Sekali

Akankah kau izinkan...
sebuah kecup untuk bibirmu
yang merahnya ingatkan aku pada segelas sirup seusai upacara

Atau akankah kau biarkan aku nikmati binar matamu
yang serupa pendar mentari seusai hujan pergi

Pura-pura tak tahu sajalah
saat aku mencuri pandang di jenjang lehermu
agar bisa kubebaskan imajinasi muda ini

Atau saat kupandangi dua bulir keringat di dahimu
berkilau bagai lelehan kristal dari angin yang berhenti mengalir

Tiga kali seminggu aku khusyuk berdoa
agar waktu berhenti berjalan

saat kau mulai masuk ruang kelasku

02 February 2012

Cantik itu bukan kutukan

Seratus empat puluh hari setelah aku tertarik padamu
aku baru tahu bahwa kau juga tertarik padaku

dan kita jadi serupa dua tetes air hujan yang coba menyatu

Sembilan ratus detik yang kulewatkan setiap pagi
nikmati pendar mentari di matamu
adalah juga waktumu nikmati gemerlap rembulan yang belum beranjak dari mataku

Lusa adalah senin ke empat belas yang kita lewati bersama
dalam senyum yang ragu dan kata yang membeku


Maaf...
bahkan bila tujuh gerhana telah berlalu dan aku tak jua menyapamu
memujamu dalam imaji cukup sudah bagiku

Semoga tak menjadi kutukan atas kecantikanmu

Tadi Pagi

Tadi pagi
kami saling bertukar sapa
dalam sepi yang mengada

Berbagi cerita tanpa kata
dan semua luruh dalam tatapan mata
yang kami curi dan nikmati bersama