07 August 2006

Lintas pantura Hari Ke-1

Blog ini menggunakan kata 'Journey' karena pada awalnya memang ditujukan buat menampung catatan-catatan perjalanan yang pernah saya lakukan. Ternyata sampai saat ini tidak satupun postingan saya yang berisi 'journey'. Jadi saya memutuskan bahwa sudah waktunya saya menampilkan cerita kecil tentang 'perjalanan' saya.

Perjalanan yang saya lakukan ini mungkin bukan sebuah petualangan yang cukup berarti. Tidak banyak hal yang terjadi, dan semuanya hanyalah hal-hal yang biasa (tidak ada adegan tembak menembak atau pun dikejar-kejar tyranosaurus REX). Tapi bagi saya setiap perjalanan selalu menjadi sebuah petualangan yang menarik. Well, hidup juga sebuah perjalanan bukan.

Perjalanan ini merupakan salah satu petualangan saya yang pertama. Saya lupa hal apa yang mendorong saya untuk melakukan perjalanan tersebut, yang pasti saya masih kelas 2 SMU, sebuah masa dimana semangat dan kebodohan masa muda lebih banyak berperan dalam otak saya. 23 Januari 1999, organisasi pecinta alam sekolah saya (Bramastya) sedang melaksanakan kegiatan halal bihalal. Acaranya sendiri dimulai sekitar jam 7 malam, tapi persiapannya sudah dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya. Untuk saat ini tidak ada yang perlu diceritakan mengenai hal itu, yang pasti ketika acara selesai (sekitar jam 2 dini hari) ditempat itu saya langsung membuka peta. Membuka halaman peta jawa timur, kemudian mengajak ngobrol beberapa teman, mengajak mereka untuk menuju daerah Pasir Putih (Situbondo, Ja-Tim).

Sampai sekarang saya juga masih heran, kata-kata apa yang saya ucapkan pada saat itu sehingga bisa membujuk (memaksa?) mereka untuk menemani saya berkendara kesana. Akhirnya ada 3 orang yang bergabung menjadi teman seperjalanan saya kali ini. Andik (Kancil), Arif(Bowo) dan Julianta(UU) ditambah saya sendiri, kami berempat didukung dengan dua sepeda motor keluaran terbaru pada tahun 80an. Maksudnya pada tahun 80-an merupakan motor terbaru, dan perjalanan ini dilakukan sekitar 10 tahun kemudian. Motor saya adalah Yamaha Alfa th '89 sedangkan satu motor yang lain adalah Honda Star (kalau ga salah?). Jadi setelah pulang acara halal-bihalal pada pukul setengah 3 pagi (02.30) kami berkumpul pada pukul setengah tujuh pagi. And the journey begin...

Perjalanan yang diawali dari kota kami, Madiun kemudian berlanjut menuju ke timur. Keluar dari kotamadya Madiun kami memasuki Caruban, dan perjalanan yang baru berlalu sekitar 35 menit akhirnya terhenti.

Kancil :"Golek ganjel lempeng elek-elekan yok" (Cari pengganjal perut ala kadarnya yuk)

Nah? kalau sudah cacing dalam perut yang protes lantas apa yang mau dikata?
Akhirnya berhentilah kami di sebuah warung didaerah pasar Caruban, setelah makan 2 buah tempe goreng yang menyebabkan sepiring nasi ikut tertelan bersamanya kami berangkat lagi, tentu saja setelah ngopi dan mulai menyalakan rokok (waktu itu saya seorang perokok).

Perjalanan terus berlanjut, di setelah melintasi Caruban dan hutan Saradan, kami mulai masuk ke Nganjuk sedikit menyenggol Kediri dan akhirnya tiba di sebuah persimpangan di sekitar Mojokerto. Setelah membuka-buka peta, mengamati sekeliling akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju....pos polisi.

Saya : "Pak kalau mau ke Pasuruan lewat mana pak?
Polisi : (sambil makan rambutan) "Lewat yg ini mas, terus..!!!

Dan motor kembali distater, perjalanan berlanjut. Setelah beberapa kilometer kami melewati sebuah gunung yang berada di sebelah kanan kami (setelah pulang saya baru tahu itu gunung Welirang). Beberapa menit kemudian kami sempat saling mengambil gambar dengan tetap melaju diatas motor (Norak ya? Biarin). Agar tidak mengalami disorientasi (kesasar)sebagai driver saya langsung meminta co-pilot 'halaah' untuk memeriksa lokasi kami. "Siap kapten, posisi kita sekarang di....Jawa Timur"??? .

Dari mojokerto kami melintas jalan melalui pinggir wilayah Sidoarjo menuju Pasuruan. Dengan sangat terasa (panas, jauh, berdebu lagi) perjalanan selama kurang lebih 4 jam akhirnya mengantar kami di tepi kabupaten Pasuruan. Sembari ngobrol-ngobrol saya ditanya oleh rekan seboncengan saya

Kancil : terus nanti nginep dimana?
Aku : Lha? nginep dimana ya?
Kancil : Masak mau bikin bivak? (bivak adalah tenda darurat banget dari jas hujan)
Aku : Duh, berhenti dulu deh

Dan seperti orang Indonesia lainnya kami memutuskan untuk membuang waktu kami dalam mencari keputusan dengan musyawarah. Kalau kemudian saya memilih untuk berhenti di sebuah masjid, saya sama sekali tidak ada niat buat sok alim. Swear saat itu saya baru sadar kalau saya bingung. Setelah salat Duhur, makan dan merokok kami mulai bermusyawarah

Saya : Ok sekarang kita sudah sampai sini, terlalu jauh buat pulang. Ada yg punya ide menginap dimana kita malam ini?
Bowo : Katanya di pasir putih?
Kancil: Gimana kalau nginep di tempat kepala desa?
UU : Trus? ngaku kalau anak pecinta alam gitu?
Kancil: Kurang...ngaku aja wartawan majalah sekolah.
Bowo : Trus surat ijinnya?
Saya : Cari rental komputer, terus bikin surat jalan palsu.

Untungnya perdebatan yang semakin nggak jelas ini berhenti dan menghasilkan keputusan untuk pergi ke ke rumah seorang teman di daerah Tanjung Kodok. Dengan pertimbangan sbb;

1. Sama sama punya laut
2. Ada tempat nginep
3. Mau gimana lagi?

Dan berputarlah kami, perjalanan yang tadinya menyongsong matahari (menuju ketimur) sekarang menyongsong matahari lagi (menuju ke barat), jadinya warna kulit yang tadinya hitam muda jadi hitam tua. Dari pasuruan kami bergerak ke arah Sidoarjo, melewati Kali Porong, dan terus menuju utara dan masuk ke Surabaya. Masuk Surabaya lalu lintas mulai padat, naik turun jalan layang, berputar-putar, kemudian tiba-tiba masuk ke deretan gang, dan bingung bagaimana cara keluarnya. Dan pada keadaan seperti itu Kancil berbisik pada saya "stay cool, kamu leadernya jangan sampai yang lain tahu kalau kita kesasar". Dan rupanya Bowo dan Uu memang tidak tahu kalau kami kesasar, buktinya Uu masih sempat nyeletuk "Don, ada ding-dong"
Tahu ding-dong kan? (mesin video game yang pakai koin seratusan), dan kami memang sering main bareng.

Setelah keluar dari jalinan gang yang lebih mirip labirin (kok ya nggak kesasar ke gg dolly) Akhirnya.....!!!! jalan raya.
Anda mungkin tertawa, tapi kalau anda pernah "blusukan" di gang-gang kecil selama berjam-jam, berjumpa jalan raya adalah sebuah kegembiraan tersendiri. Bertanya lagi ke para bapak polantas, ngecek rute di peta mereka. Setilah menimbang (bukan nimbang polisi)dan meneliti (bukan polisinya) kami memutuskan untuk lewat Gresik, dan langsung menuju Tanjung Kodok.

Mulai masuk ke Gresik, suasana pesisir mulai terasa, banyak yang jual bandeng presto, seafood. Malam itu jalanan cukup ramai, sedang ada kegiatan halal bihalal sebuah organisasi agama rupanya. Banyak rombongan pengendara sepeda motor yang melaju tanpa pakai helm, songkok atau kopiah sudah cukup rupanya ^_^. Sambil cari makan kami memutuskan untuk sekalian cari informasi. Ngobrol, ngrokok, ngopi, dapat informasi ^_^

Jam 7 sudah lewat, jalan yang kami pilih merupakan rute angkutan berat, truk-gandeng, truk kontainer, dan berbagai kendaraan besar lain melaju tanpa basa basi. Nyala lampu motor kami yang cuma seterang lilin mungkin terlihat seperti kunang-kunang oleh para sopir itu. Masih ditambah lagi angin yang ditimbulkan waktu mereka melintas. MAAAKK WHUUZZZZ dan motor kami yang cuma segelintir nyaris diterbangkan.

Setelah kurang lebih 2 atau 3 jam, perjalanan kami mulai memasuki kawasan perkampungan menuju hutan dekat kawasan Tanjung Kodok. Jalannya sueepi banget padahal di situ juga ada kawasan makam salah satu wali (Sunan Drajat). Jalannya naik, turun, gelap, dan ada lobang gede-gede berisi air hujan.Oh iya disini UU yang kebetulan ketiduran di boncengan saya sempat tiba-tiba berteriak " hoeee" (jangan tanya kenapa) dan tidur lagi. Beberapa meter kemudian motor saya tercelup (duh) dan brebet..brebbeeet...bess...salah satu penyebab kematian favorit motor saya adalah akibat basahnya busi. Untungnya di perjalanan ini sya tidak sendiri, dengan tarik menarik (dengan tangan) antar motor ditambah dorongan Uu akhirnya kami bisa mencapai tepi pantai. Yesssss

Belok kiri, meluncur sedikit, stater lagi, 2kali 3kali dan kembali menyala. Sambil menyusuri tepian pantai, kami mencari-cari rumah teman kami. Begitu ketemu kami langsung berbelok, dan kebetulan si pemilik rumah sedang berada di depan rumah.

Kancil : Nyuwun sewu, ini rumahnya Fandhi?
Om nya Fandhi : Iya mas, tapi Fadhinya lagi e madiun

Heeeee????? Beratus kilometer kami tempuh dan "Fandhi-nya lagi ke madiun mas" jelas bukan kalimat yang kami harapkan. Tapi si Om tampaknya seseorang yang cukup bijaksana, buktinya kami boleh bermalam padahal kami tidak membawa oleh-oleh. Setelah ngobrol dan sedikit basa-basi, kami memutuskan untuk tidur. Dan semua pun langsung tidur. Semua? oh nggak, saya dan Kancil masih menyempatkan untuk membedaki UU dan Bowo, membuat mereka berpose dalam keadaan yang tidak mungkin mereka lakukan secara sadar dan memotretnya. Dan ini adalah akhir perjalanan hari ini.

Perjalanan besok disambung di posting berikutnya ^_^

NB: Fotonya menyusul ya

2 comments:

  1. Anonymous9:37 AM

    lucu deh ceritanya, terutama bagian “jadinya warna kulit yang tadinya hitam muda jadi hitam tua” hahahahahahahahahahahahahahaha… aku baca posting-an ini sampe 2x, aku masi nunggu niy perjalanan-perjalanan berikutnya..
    Just wanna say, I think you have a great talent. Keep up the good work ya. Looking forward to read your next writing.
    PS: Sekarang udah pake nama tuh.. hehe..

    ReplyDelete
  2. Wah jadi tersanjung nih^_^
    gak bisa pake helm lagi deh gara-gara kepala yang semakin membesar ^_^
    soal perjalanan yang hari ke 2 rencananya baru bisa posting tgl 25, soalnya ini lagi di Madiun.
    Nanti postingan nya saya lengkapi foto deh ^_^
    It will be a great honor for me to have people who looking forward my story.

    ReplyDelete