23 August 2006

lintas pantura hari ke 2

Akhirnya roda kembali berputar dan perjalanan pun kembali berlanjut. Setelah mandi ala kadarnya, minum kopi, pamit kepada seisi rumah, dan memanaskan mesin kami mulai bergerak kembali. Menyusuri jalan di tepi pantai, menikmati pemandangan dan memacu gas dengan kecepatan sedang, target yang pertama adalah..... cari tempat buat foto ^_^. Setelah beberapa kilometer, deretan rumah-rumah semakin jarang dan kami tiba di tepi pantai dengan pasir putih yang terhampar luas ^_^

Motor kami parkir di tepi jalan setelah memutuskan bahwa tidak akan ada orang yang berminat untuk mencuri motor kami. (menurut Kancil "menjual motor ini lebih sulit dari mencurinya, malingnya pasti rugi")Kemudian kami langsung berlarian ke pantai dengan noraknya, ya 'norak' sebab saya tidak punya kata lain untuk menggambarkan 4 orang cowok berlarian dipinggir pantai dan saya pastikan bahwa itu sama sekali tidak romantis. Anak-anak kecil yang tadinya cuma melihat kita akhirnya malah ikut lari-larian, nulis-nulis nama di pasir, foto bareng, dan diakhiri dengan nyari kerang. Maksudnya sih buat souvenir, jadi kita ngumpulin kerang cukup banyak, dibungkus tas plastik item dan disimpan. Beberapa hari kemudian kerang ini kami buang karena kami nggak sanggup menghilangkan bau amisnya (what a waste, baka~_~)

Oke cukup main-mainnya, sekarang kami harus memutuskan jalur mana yang harus kami tempuh untuk menuju Madiun. Atas saran Kancil kami memutuskan (karena kami tidak bisa bilang tidak) untuk lewat Bojonegoro. Nanti anda akan tahu alasan Kancil memilih jalur ini. Dengan masih tetap melintasi jalan raya ditepi pantai kami terus melaju. Suasananya cukup panas meskipun ketika kami mulai melintasi kawasan kota cukup banyak pohon. Mungkin karena masih dalam suasana Lebaran di jalan masih banyak pos polisi. "Waspada Bro..." kata Kancil. Betul juga, baru beberapa meter setelah melewati traffic light sebuah motor polisi ikut meluncur di belakang kami. Kecepatan saya tambah dengan perlahan, mencoba mengamati gerakan Pak Pol dari spion, dan sialnya dia juga menambah kecepatan. Mendahului sebuah dokar, menjajari sebuah mobil dan sambil memberi kode kepada Bowo kami melaju lebih kencang, dengan sedikit bermanuver tajam saya mencoba menghilang dari pandangan Pak Pol. Dan....berhasil, saya menepi di depan sebuah bangunan, nah sekarang tinggal menunggu Pak pol melintas. Beberapa menit kemudian Pak Pol melintas, dan kami pun tersenyum ^_^ he..he.. sukses...eh tunggu dulu kenapa Bowo dan Uu' ikut melaju di belakang Pak Pol? "Kena tilang" kata Uu'. Duh rupanya Pak Pol ganti target.

Langsung tancap gas dan ikut ke pos polisi.

Pak Pol 1 : Mas sudah tahu kesalahannya ya? Ini karena daerah Tertib Lalu-Lintas jadi dendanya dobel ya?

Bowo :Duh pak ini dari jauh pak, uangnya nggak cukup pak.

Pak Pol 2 : Apa kesalahannya?

Pak Pol 1 : Nggak ada spion.

Pak Pol 3 : Lho kok bisa nggak pakai spion, harusnya itu dilengkapi, demi keselamatan lho.

Kancil : Anu pak kemarin jatuh pak, di dekat tanjung kodok pak.

Saya : iya pak pas malem-malem

Pak pol 2 : iya tetap harus pake to, biar cuma kaca kecil tetep harus pake. Demi keamanan lho.

Saya (dalam hati) : maksudnya keamanan itu biar ga ditilang to

Pak pol 1 : Udah gini aja mas ini kita kasih yang dendanya paling ringan aja ya mas. (sambil menyerahkan tabel tilang yang mirip daftar menu)

Sementara Bowo memilih-milih menu (akhirnya dia pilih yang 15ribuan) Kancil iseng-iseng bertanya ke Pak Pol.

Kancil : Pak kalau yang didaerah dekat Watujago itu ada polisi gadungan yang suka minta uang pak ya?

Pak Pol 4 : ya kamu itu yang gadungan!!!

Pak Pol 3 : itu bukan wilayah kita itu !

Pak Pol 6 : Ndak ga ada itu!!

Setelah membayar, kami semua langsung pergi dan memutuskan untuk cari makan. Dan pilihan kami jatuh pada sebuah warung bercat hijau. Menu yang tersedia cuma nasi pecel dan nasi sayur, yah keduanya nggak banyak berbeda cuma yang satu menggunakan kuah sedangkan yang lainnya menggunakan sambal kacang dan tempe. Lauknya sama ikan laut, namanya juga warung tepi laut ^_^. Sambil ngobrol, menggerutu dan menyumpah-serapah tentang kejadian yang baru saja terjadi kami makan dengan lahap. Suasana yang tepat, rasa lapar, dan teman dekat selalu jadi lauk yang menyenangkan.
Perut kenyang, angin yang sejuk dan rokok ditangan membuat mata kembali terang. kemon guys lanjut ke Jatirogo. Dan beberapa jam berikutnya kami lewati dengan melintasi tepi pantai, tepi sawah, perbukitan dan juga hutan dan tetap di jalan yang beraspal halus ^_^. (Terima kasih buat Pemda setempat) Baru ketika mulai memasuki Jatirogo jalanan mulai sedikit bergelombang, dan Kancil kemudian mengusulkan untuk mampir di rumah seorang kenalan. Dan motor kami terhenti di depan sebuah rumah, Kancil turun dan bertanya. Oalah ternyata rumah seorang teman sekolah kami yang "kebetulan" sekelas dengan Kancil dan cewek pula, untuk mudahnya sebut saja X (jelas bukan nama sebenarnya). Dan ternyata orang yang kami (Kancil maksudnya) cari sedang keluar. Kemudian kami langsung bermusyawarah (cuma pura-pura kok) sambil membuka atlas Indonesia

Kancil : Anaknya lagi keluar tuh.

Bowo : Oh.. ya nggak apa-apa, eh kita habis ini mau kemana?

Saya : Ke Semarang aja yuk, gimana?

Uu' : Kalo ke Banyuwangi?

Bowo : Sekalian ke Bali aja yuk?

 
Dan setelah beberapa menit ngobrol ngalor-ngidul ga jelas, dengan diiringi tatapan jutek si mbak yang udah eneg, kita langsung pamit. "Kalau gitu nanti aja mbak kami kesini lagi, mau cari makan dulu. "

Karena nggak tahu mau kemana kami memutuskan untuk menunggu di dekat Kantor Perhutani di sebelah terminal. Dengan tanpa rasa malu (~_~duhh) kami menggelar poncho (jas hujan) di seberang jalan menuju rumah si X. Dan kegiatan menunggu tersebut kami isi dengan, foto-foto, beli es juice di seberang jalan, menunggu Kancil mandi di terminal, ngobrol, dan ratusan hal konyol lainnya. Hingga akhirnya Kancil mengajak kami untuk sekali lagi menuju rumah si X.

Dan kali ini kami cukup beruntung, si X sudah pulang. Salam-salaman, basa-basi dikit, dan sementara Kancil ngobrol kami mulai melakukan hal konyol lainnya seperti mengeluarkan kalkulator (siapa sih yang bawa?) menggunakannya sebagai (pura-puranya) handphone, remote control, tempat kacang(?) sampai akhirnya Kancil semakin malu dan si X semakin bete ^_^ (jahat ya kami).

Tapi tiba-tiba tanpa dinyana tanpa diduga si mbak melintas diiringi dengan aroma bakso(*_*). Dengan harap-harap cemas kami menunggu, dan langsung saja kami bersorak dalam hati ketika si X dipanggil ke dalam rumah. Dengan senyum lebar kami sambut Si X yang datang dengan setumpuk piring, nasi, dan 4 bungkus bakso. Sebagai orang jawa kami juga tidak lupa untuk berbasa-basi "Wah, kok repot-repot" Sementara si Kancil semakin tampak sungkan, kami tersenyum makin lebar ^_^

Dan rupanya acara makan ini menyisakan sebuah misteri yang tidak pernah terpecahkan (bahkan hingga saat ini). Awal misterinya adalah ketika Kancil yang merasa tidak enak hati, lantas memilih untuk meninggalkan bakso dalam keadaan utuh dan tetap terbungkus. Kemudian kami yang tanpa rasa segan memutuskan untuk pulang dengan alasan hari sudah mulai sore (bukan dengan alasan bahwa kami sudah kenyang). Dan selama perjalanan pulang (juga berhari-hari setelahnya) kami berdebat apakah bakso tadi akan dimakan oleh si X atau tidak.

Dan perjalanan pulang dimulai setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mampir disebuah bengkel, membetulkan rem sepeda motor Bowo yang nyaris tidak bisa berfungsi, bahkan sejak keberangkatan kami. Menjelang Maghrib kami meluncur kembali, dan sekedar untuk diketahui Kancil memang hobi berkendara pada tengah malam. Ada sedikit kejadian kecil yang cukup meremangkan bulu kuduk. Memasuki kawasan sekitar Watujago, saya sempat melihat bayangan sebuah dokar di belakang saya, sedangkan Bowo dan Uu' sempat mendengar bunyinya meskipun itu semua cukup samar dan mungkin juga hanya karena kecapekan (Kancil juga sempat tiba-tiba menendang ke arah udara kosong). Tanpa berkomentar apapun atas kejadian tadi kami terus melaju, hingga setelah keluar dari kawasan hutan dan tiba di pinggir kota kami baru memutuskan untuk berhenti di sebuah warung kopi.

Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama berada disana, sepertinya suasananya kurang nyaman buat para pendatang dari luar daerah seperti kami. Setelah segelas kopi, kami pulang, dan langsung menuju kota kami. Dipenuhi dengan perasaan capek, ngantuk, pantat mati rasa, mulut pahit, berbagai keluhan lain, kami pulang dengan membawa kepuasan hati, kebanggaan, dan kenangan.

Untuk mereka yang telah berbagi kenangan bersamaku, Andik-Kancil, Arif-Bowo, Julianta-Uu' Thanx Guys

No comments:

Post a Comment