05 December 2006

Permen Karet




Permen karet adalah permen yang kenyal seperti karet karena memang dibuat dari getah pohon sebangsa karet, dikunyah-kunyah tanpa harus ditelan apalagi ditempelkan dibawah meja, aneka rupa, warna dan rasanya. Boleh saja sekedar menikmati tanpa harus tahu darimana mereka berasal, tapi postingan kali ini juga boleh dibaca meski tak sambil mengunyah permen karet.



Sejak zaman dulu manusia sudah gemar mengunyah-ngunyah sesuatu meski bukan untuk ditelan. Mungkin bertujuan untuk mengisi waktu luang, sekedar meng-olah raga-kan rahang atau bisa juga karena tidak mau kalah dengan sapi. Orang Eskimo misalnya, mereka suka mengunyah-ngunyah lemak dan kulit ikan paus setelah makan. Sementara orang Siera lebih memilih biji cola, sedangkan di Somalia getah pohon Birdwood yang digunakan. Sedangkan para beruang juga suka mengunyah getah pohon untuk membantu mereka dalam menghadapi masa hibernasi selama musim dingin.

Kemudian entah karena bahan-bahan ini kurang nyaman atau memang karena manusia adalah makhluk yang terus berkembang, pada sekitar abad 19 mereka mulai mencoba menggunakan bahan yang lebih elastis tapi tetap aman dikunyah. Bahan tersebut adalah getah pohon Sappodila yang disebut chicle (mungkin dari sini juga nama Chiclet berasal). Pohon ini banyak terdapat di Amerika Selatan.




Tentu saja getah pohon tersebut masih belum memiliki rasa yang seenak sekarang, maka kemudian ditambahkanlah rasa Mint yang pedas dan dingin oleh Mr. Adam dari Amerika. (Ehm, saya juga nggak tahu Adam yang mana) Dan pengembangan permen karet ini tidak berhenti sampai disini saja. Pada tahun 1920-an Amerika sudah memproduksi permen karet secara besar-besaran. Bukan hanya jumlah produksi dalam setahun yang bila dijajarkan maka akan mencapai 5juta mil tapi bahan-bahannya pun mengalami pengembangan. Getah sintetis, gula, sirup jagung, pemberi rasa, pelmbut dan aneka bahan lain ditambahkan sehingga permen karet menjadi beraneka ragam.Pengembangan-pengembangan berikutnya juga memungkinkan permen karet dimainkan dalam bentuk gelembung ^_^ jadi inget Lupus ^_^

I Love because I am Loved

Setelah beberapa posting sebelum ini lebih banyak diisi dengan tulisan-tulisan yang kebanyakan bernada protes, sedikit keras (sedikit lho ^_^), posting kali ini saya mencoba buat ngomong soal cinta. Kita semua pasti terlibat dengan cinta, entah merasakannya sebagai pelaku, sebagai korban, eh maksud saya sebagai yang dicintai, atau setidaknya sebagai hasil dari cinta. Ada banyak hal yang bisa diceritakan tentang cinta, ada berjuta definisi dan pemahaman yang berbeda dari sebuah kata sederhana ini.

Nah disini saya ingin ngobrol soal cinta dalam artian yang lebih universal tanpa harus dibatasi pada hubungan cinta antara pria dan wanita, tapi juga antara orang tua dan anak, teman, sesama manusia, dan bahkan antara sesama penghuni jagat raya, ehm...siapa tahu blog ini juga diakses oleh sebentuk alien nun diluar sana

@_@'%#*#@~#2%^4(@df (Welcome to the earth, ups my blog)

Cinta adalah hal yang spesial, sama seperti tidak ada permukaan lidah dan sidik jari yang sama, maka cinta pun hadir dalam bentuk yang berbeda bagi setiap manusia. Namun disini saya ingin mencoba untuk membagi cinta dalam 4 + 1 bentuk dasar, yaitu:


---> 1. I LOVE because I am LOVED
---> 2. I am LOVED because I LOVE
---> 3. I LOVE because I NEED
---> 4. I NEED because I LOVE
---> 4+1. I LOVE because I LOVE


Yang pertama ialah "I LOVE because I am LOVED", aku mencintai karena aku dicintai, ini adalah bentuk cinta yang diberikan setelah merasakan cinta. Hal ini berarti kita tidak mencintai seseorang sebelum kita merasa dicintai. Hal ini adalah cinta yang sering terjadi pada anak-anak atau pada binatang peliharaan ^_^ ketika mereka merasa kita cintai maka mereka akan mencintai kita. Walaupun begitu hal ini juga banyak terjadi pada orang dewasa, kadang karena merasa butuh kepastian, kadang karena takut patah hati atau kecewa karena cinta. Hal ini sebenarnya juga cukup beresiko, dengan menunggu dicintai maka ketika kita merasa telah mendapatkan perasaan di-CINTA-i maka kita akan membalas dengan sepenuh hati karena merasa bahwa kita tidak akan tersakiti oleh cinta itu, atau bisa juga kita hanya akan berhenti menunggu untuk dicintai.

Yang kedua ialah "I LOVED because I am LOVED", aku dicintai karena aku mencintai. Ini adalah cinta yang cukup 'berani', sebab kita memilih untuk mencintai terlebih dahulu tanpa memandang apakah kita dicintai atau tidak. Saya sendiri termasuk orang dengan tipe ini, saya lebih memilih untuk mencintai terlebih dulu, tentu saja dengan harapan cinta saya akan terbalas, kalau toh tidak....ya resiko ^_< color="#ff6666">I LOVE because I NEED", aku mencintai karena aku membutuhkan.
Ini adalah cinta yang sedikit beraroma egois, ketika butuh maka kita mencintai ketika tidak butuh maka kita tidak mencintai lagi, yah kira-kira mirip "ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang" ^_^ atau bila dalam bahasanya si Jack " The moment I no longger need You, I will stop loving you"

Sementara untuk yang keempat adalah kebalikannya "I NEED because I LOVE", aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu. Disini yang pertama adalah rasa cintanya, dimana karena kita mencintainya maka kita membutuhkannya. Dan kita akan selalu membutuhkan selama kita masih mencintai, tidak ada lagi yang namanya "habis manis sepah dibuang"

Yang terakhir sebenarnya adalah berada dalam klasifikasi yang berbeda, bila pada 4 poin diatas cinta didasarkan pada sebab akibat maka cinta yang terakhir ini adalah cinta tanpa dasar, paling seenaknya, paling nggak jelas, dan sekaligus cinta yang paling tidak logis. Tapi, juga indah, karena cinta ini tidak butuh alasan, tidak butuh sebab, dan tidak terikat oleh bentuk-bentuk tertentu. Terdengar sedikit memaksakan yah? Tapi bukankah itu esensi cinta, murni, dan tulus, dan saya yakin anda pasti pernah menikmati cinta yang seperti ini, spontan, indah, bahkan meski anda tidak tahu kenapa anda bisa merasakannya.


Jadi, selamat bercinta ....!!!