23 April 2008

Sore di Jawa timur

Beberapa waktu yang lalu saya pulang, ke rumah, ke Madiun. Bukan untuk berlibur memang, saya pulang karena ada kabar bahwa ibu saya akan masuk rumah sakit untuk penanganan jantung koroner. Berhubung saya bukan dokter dan posting kali ini memang bukan untuk membahas soal jantung, jadi saya akan menulis soal hal lain saja ya. BTW operasinya berjalan lancar.

Saya pulang ke madiun dengan naik kereta, dan meskipun saya naik kelas eksekutif yang (seharusnya) lumayan nyaman saya masih berharap Indonesia punya kereta kelas dunia yang punya kecepatan 200km/jam, jadi jarak jakarta madiun bisa ditempuh dalam waktu 4-5 jam. Yah tapi seprtinya itu masih jauh. Akhirnya setelah kurang lebih 10-11jam menempuh perjalanan, akhirnya sampai juga saya ke rumah.

3 hari di rumah tidak banyak kegiatan yang saya lakukan, sampai akhirnya hari kamis saya pergi ke Surabaya, via Sidoarjo, dan disinilah ide postingan kali ini muncul.

Saat dalam perjalanan menuju Sidoarjo, dimana nantinya saya harus berhenti di Bypass Krian, hujan turun dengan cukup meyakinkan, ya hujan, bukan gerimis tapi juga bukan hujan deras. Suasana saat itu kira-kira adalah sebuah kombinasi yang pas antara tetes-tetes air kelabu yang berkilau dan berebut membasahi bumi, gumpalan awan tipis yang berusaha keras mencegah sinar mentari menembus celah-celahnya, yah pokoknya pas lah. Hujan memang selalu membawa sentimental berlebih untuk saya, dan menyusuri jalan-jalan itu jadi sebuah reuni panjang yang menyenangkan sekaligus mengingatkan saya untuk menengok kebelakang dan melihat seberapa jauh saya melangkah.

Akhirnya satu setengah jam selewat tengah hari saya turun di bypass krian dan melanjutkan perjalanan dengan angkota. Dari bypass saya harus naik angkota menuju terminal angkota di daerah pasar krian, kemudian disitu dilanjutkan dengan angkota lain ku jurusan sidoarjo. Sambil menunggu angkota yang sedang menunggu (~_~' ughh...) saya beli segelas es cingcau, yang dalam bahasa setempat dsebut janggelan atawa cao. Suasana terminal tentu saja mirip dengan kebanyakan terminal di negara ini, yah pokoknya kalau menurut menteri kesehatn tidak higienis lah, yah tapi sejak kapan saya jadi mempedulikan hal seperti itu, jadi tetap saja saya nikmati es cao itu tanpa mempedulikan apakah airnya mateng ataau tidak, apakah gulanya adalah pemanis buatan atau gula dapat dari pabrik gula, apakah caonya dibuat dengan tangan kanan atau tangan kiri. Beberapa menit kemudian angkota dihadapan saya nyaris penuh, jadi saya bayar es tersebut (Rp1000) dan langsung masuk ke angkota. Kalau biasanya di Bandung atau Tangerang naik angkot dengan komposisi 7-5 sudah terasa penuh maka di sini masih ditambah lagi 3 orang di bagian tengah yang duduk di bangku kayu atawa biasa disebut dingklik.

Ini jelas bukan pertama kalinya saya naik angkot, tapi disini naik angkot memberikan suasana yang berbeda. Entah karena saya sudah terlanjur terbawa romantisme masa lalu atau memang suasananya pas untuk bersikap sok sentimentil, yang pasti saya menikmati sesuatu yang berbeda disini. Penumpang dan sopir terlihat lebih menyatu, kadang sopirnya asal nyeletuk kadang antar penumpangnya yang ngobrol dengan santai meski mereka baru saling ketemu (jarang banget yang seperti itu di Bandung, apalagi Jakarta)

Seakan masih belum cukup, mendung sore itu benar-benar indah, yah benar-benar mengingatkan akan waktu-waktu yang telah lewat. Perasaan jadi campur aduk ^_^ boleh kok dibilang norak ataupun sok cengeng tapi itu yang saya rasakan. Saat itu saya diingatkan kembali tentang SORE ya sore, bagian waktu yang sering lewat begitu saja tanpa disadari. Di Jakrta sore lewat begitu saja, mungkin tergilas tanpa sengaja waktu kita pulang kerja, mungkin terhambur begitu saja ketika kita merambat di jalan-jalan ibukota.

Disini, di kota kecil dibagian timur pulau ini, seperti juga di kota-kota lain di Jawa Timur (hehehe East Java Uber Alles dah) sore adalah bagian waktu dimana orang melewatkan waktu santai mereka dengan kondisi serba setengah, setengah santai setengah serius, setengah lapar setengah kenyang, setengah ngantuk setengah terjaga. Bukan, ini bukan acara tidur siang ala Mexico yang biasa disebut siesta, inilah sore hari (Jadi ingat Umar Kayam)

Setelah beberapa saat didalam angkot maka turunlah saya di depan GOR Sidoarjo, masuk ke rumah kakak saya, ke kamar mandi, nyari minum dingin cemilan dan bahan bacaan, kemudian ditelpon untuk berangkat ke rumah sakit.

Yah yang pasti operasi sudah selesai, nyokap baik-baik saja, dan saya pulang kembali ke Tangerang. ehm...segini dulu deh, mau lanjut kirim-kirim lamaran kerja

No comments:

Post a Comment