02 October 2008

Badai memang belum berlalu

Postingan saya yang waktu itu tentang badai yang datang menghunjam mungkin menunjukkan betapa luluh lantaknya saya. Sekarang setelah beberapa hari berlalu, setelah menghabiskan beratus putaran jarum jam untuk merenung, berpikir, terkadang diselingi berdoa, saya akhirnya bisa kembali menyatukan sebagian kecil potongan2 yang terhempas. Ya, badai itu tidak membunuh saya, badai itu telah membuat saya sadar akan begitu banyak hal. Banyak sekali hal yang saya lewatkan begitu saja dalam hidup ini, aneka konsep dasar yang seharusnya jadi pegangan bagi keyakinan-keyakinan saya.

Badai itu mengingatkan saya untuk lebih banyak mendekatkan diri dengan Pemilik saya yang sepenuhnya, untuk lebih banyak berusaha memahami-Nya, bukan membantah dan memaksakan egoisme saya, tentu saja berusaha tetap harus dilakukan tapi dalam bentuk perjuangan bukan perlawanan atas sebuah takdir. Badai itu juga mengingatkan saya bahwa saya pernah berjanji untuk untuk tidak pernah menyerah, untuk selalu berlari bahkan bila esok adalah hari terakhir hidup saya, untuk selalu mencari kemungkinan bahwa hari ini bukanlah hari terakhir hidup saya.

Hempasan badai itu juga yang mengembalikan ingatan saya tentang kesempatan yang hanya akan datang pada mereka yang siap. Sementara saya sendiri masih belum siap dalam menghadapi badai itu, seandainya saya siap mungkin saya bisa menghindari badai itu.

Atau mungkin juga badai itu datang untuk menunjukkan pada saya bahwa persiapan saya kurang, bahwa saya masih harus menjadi lebih baik lagi, bahwa saya harus lebih kuat lagi. Bisa juga badai ini memang harus hadir, sebab seekor harimau dibesarkan dalam terpaan hujan badai bukan dalam buaian lembut seekor anak kucing.

No comments:

Post a Comment