12 January 2010

Masjid yang Besar

Akhir tahun kemarin saya lewatkan di Jawa Timur, bersama sang calon Nyonya, saya berputar-putar di Malang, melintasi Caruban, Nganjuk, Mojokerto dan tentu saja Madiun. Seringkali kami juga harus sholat di perjalanan, maka mampirlah kami di masjid-masjid yang kami temui di sepanjang perjalanan, kadang di Masjid Besar kadang di Masjid Kecil.

Ada sesuatu yang hampir selalu saya rasakan ketika memasuki sebuah Majid Besar, besar disini tentu saja dalam soal ukuran, bentuk dan kemegahan masjid tersebut. Masjid-Masjid Besar ini seringkali dihiasi interior mengkilap, keramik pilihan, hiasan dan ornamen di sekujur dinding masjid, tiang-tiang menjulang, langit-langit yang begitu tinggi. Bagi sebagian orang mungkin ini justru tampak megah, indah, menakjubkan tapi bagi saya justru sebaliknya.

Buat saya mungkin Masjid Besar itu cukup Masjid Besar yang ada di dekat alun-alun, sedangkan di tempat lain cukuplah masjid - masjid dengan ukuran menengah atau kecil. Anda mungkin tidak setuju, sama seperti banyak orang lain diluar sana yang juga berpendapat sama, tapi sebelum itu mari kita bahas soal Masjid Besar ini.

Sebuah masjid besar yang megah bisa saja jadi kebanggaan, sebuah simbol keagungan, simbol pemujaan untuk mengagungkan nama-NYA, selain itu masjid yang merupakan "Rumah Allah" haruslah dibangun dengan sebaik-baiknya, dan tentu saja masih banyak alasan lain yang dapat dijadikan dasar mengapa sebuah masjid dibangun dengan ukuran besar dan megah.

Alasan kenapa saya lebih menyukai masjid-masjid yang sederhana adalah, bagi saya masjid yang besar atau megah belum tentu nyaman, mungkin saja ini hanyalah sebuah rasa minder diri, sebuah kompleks inferior yang berlebihan. Hal lainnya adalah pada masjid yang besar pada saat masjid ini sedang tidak banyak digunakan maka akan terasa kosong, suwung, sementara pada masjid yang lebih sederhana yang muncul justru keheningan atau kesunyian yang menenangkan. Masjid yang sederhana juga memberi kesan yang lebih membumi, lebih menyatu dengan hidup sehari-hari sehingga ibadah yang kita lakukan tidak terasa memberi jarak dengan amalan-amalan duniawi, bahwa agama sesungguhnya bukan cuma ada dalam kitab suci. Mungkin itulah beberapa hal yang membuat saya merasa lebih nyaman berada dalam sebuah masjid yang sederhana.

Nah cukup dengan soal perasaan, sekarang mengenai alasan logisnya kenapa masjid tidak perlu harus mewah atau megah. Tentu saja karena mahal dan membutuhkan biaya besar, dan kadang biaya ini harus didapatkan dengan meminta-minta sumbangan, (yang tentu saja berpotensi mengalami penyelewengan). Masalah lain adalah, sebuah masjid yang mewah bisa saja dibangun dengan dana yang sebanding dengan pembangunan beberapa masjid yang sederhana, sedangkan saya (dan mungkin anda juga) sering melihat banyak masjid, surau, langgar, atau musholla yang dibangun dengan ala kadarnya karena memang kekurangan dana, karena memang masyarakat sekitarnya pun hidupnya masih cukup sederhana (nyaris miskin)

Jadi bukankah lebih baik membangun seratus masjid yang sederhana daripada sepuluh masjid yang megah yang kemudian hanya akan terisi penuh setiap kali sholat Jumat.

No comments:

Post a Comment