Seratus empat puluh hari setelah aku tertarik padamu
aku baru tahu bahwa kau juga tertarik padaku
dan kita jadi serupa dua tetes air hujan yang coba menyatu
Sembilan ratus detik yang kulewatkan setiap pagi
nikmati pendar mentari di matamu
adalah juga waktumu nikmati gemerlap rembulan yang belum beranjak dari mataku
Lusa adalah senin ke empat belas yang kita lewati bersama
dalam senyum yang ragu dan kata yang membeku
Maaf...
bahkan bila tujuh gerhana telah berlalu dan aku tak jua menyapamu
memujamu dalam imaji cukup sudah bagiku
Semoga tak menjadi kutukan atas kecantikanmu
No comments:
Post a Comment