07 July 2007

GiGi

Gigi merupakan salah satu perangkat keras dari tubuh kita yang memiliki aneka rupa fungsi penting dalam kehidupan kita. Benda ini dilapisi oleh email yang menjaga struktur gigi agar tidak berlubang, sedangkan bagian akarnya tertanam didalam gusi. Fungsi utamanya adalah menggigit, merobek dan mengunyah makanan, sedang fungsi sampingannya mulai dari pembuka tutup botol, perobek bungkus makanan, alternatif praktis dari pisau lipat dan bahkan sebagai senjata pada hewan karnivora. Dan itu baru fungsi pada saat pemiliknya masih hidup, setelah sang pemilik gigi kehilangan nyawa, gigi (atau lebih tepatnya susunan gigi) juga bisa berfungsi sebagai pengganti kartu identitas (praktis yah).

Dengan begitu banyak pengaruh yang ditimbulkannya dalam hidup kita maka wajar bila benda yang satu ini menjadi begitu penting keberadaannya, bahkan saking pentingnya banyak juga orang-orang yang memalsukan dan memperjual-belikannya. Untungnya hal ini tidak melanggar hukum. Layanan jasa bagi benda ini pun banyak bertebaran, mulai dari pasta gigi, sikat gigi, kawat gigi, dan yang pasti dokter gigi. Anehnya meski kita begitu membutuhkan hal-hal tersebut untuk merawat atau memperbaiki benda ini, kita sering juga tidak peduli dengan kesehatan atau keadaannya.

Saya memang bukan orang yang cukup rajin dalam merawat gigi, mulai dari sekedar malas menggosok gigi sebelum tidur hingga ogah ke dokter gigi. Hingga akhirnya beberapa gigi belakang saya berlubang. Meski telah mengetahui hal ini saya masih juga belum memutuskan ke dokter gigi, bahkan hinga berkali-kali gigi saya terasa sangat sakitpun saya masih berusaha menghindari dokter gigi. Yang pasti alasan saya enggan ke dokter gigi bukan karena terpengaruh Mao Zedhong yang juga menolak ke dokter gigi dengan alasan "...harimau juga tidak pernah ke dokter gigi, tapi mereka tetap bisa makan daging". Saya enggan ke dokter gigi karena saya merasa ngeri atau takut ada seseorang yang melakukan sesuatu pada tubuh saya diluar penglihatan saya, tapi pada akhirnya saya toh harus menghadapinya juga.

Setelah beberapa kali batal ke dokter gigi, akhirnya masuk juga saya ke ruangan dokter gigi di RS Boromeus ini, setelah sedikit penjelasan saya langsung didudukkan di kursi periksa. Reaksi pertama si dokter setelah melihat gigi saya jelas tidak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Tidak menyenangkan buat si dokter karena mencabut gigi saya ini pasti tidak mudah, begitupun buat saya, tidak mudah berarti lebih sakit, lebih lama, dan juga lebih mengerikan.

Proses Pencabutan Gigi

Dan dimulailah prosesi cabut gigi (yang sudah tinggal setengah) ini, yang pertama-tama dilakukan adalah membersihkan karang gigi. Menurut pak dokter, karang gigi ini terbentuk karena gigi saya ini jarang saya gunakan untuk mengunyah. Hal ini jelas saya benarkan, lha bagaimana mau mengunyah wong kemasukan sebutir nasi saja rasanya nggak karu-karuan.

Setelah dibersihkan maka yang berikutnya adalah menyuntikkan bius di gusi saya, sekitar 3-4 kali kalau tidak salah, sempat terpikir bahwa ini bakal sakit, ternyata masih tidak seberapa. Setelah disuntikkan bius maka daerah sekitar gusi terasa menebal disertai adanya cairan yang cukup pahit.

Umumnya setelah dilakukan pembiusan maka gigi bisa langsung dicabut setelah membuat beberapa irisan, diungkit dan kemudian ditarik. Akan tetapi pada kasus saya dimana bagian gigi tampak yang tersisa tinggal sedikit maka prosesnya menjadi lebih panjang. (dan juga lebih menyakitkan) Jadi setelah pembiusan maka gigi saya harus dibelah, maka di-bor-lah gigi saya untuk mempermudah pencabutan akarnya. Asal anda tahu, saya pernah batal ke dokter gigi gara-gara suara bor ini (padahal saya sudah terlanjur antri), dan sekarang benda itu ada didalam mulut saya lengkap dengan bunyi ngiiiiing.........!!!! bercampur dengan bau hangus, soal rasa sakit sebenarnya nyaris tidak terasa cuma ngerinya itu yang tak tertahankan.

Sambil dibor rontokan gigi saya diambil dengan pinset, kemudian pak dokter membelah akar gigi saya dan mencabutnya satu persatu. Ada 3 bagian seluruhnya, dan disini terjadi pengulangan proses-proses diatas, dibor, diungkit, ditarik, dibor lagi dan seterusnya. Disela-sela proses diatas sang dokter juga sempat bertanya kalau-kalu proses ini terasa sakit, yah dengan beberapa jari dan sebuah alat didalam mulut saya menurut anda bagaimana saya harus menjawabnya? jadi the show must go on

Akhirnya setelah proses beberapa puluh menit yang terasa bagai beberapa dasawarsa tadi usai dengan dicabutnya akar gigi yang terakhir. Bagian gusi yang berlubang kemudian ditutup dengan kapas, diberi resep antibiotik dan pereda rasa sakit, dilarang makan dan minum panas, serta dianjurkan untuk segera minum obat, dan selesailah prosesi ini.

Oh ya sebelum ditutup saya ingatkan sakit gigi nggak lebih baik daripada sakit hati, sueeer!!!

No comments:

Post a Comment