07 October 2006

Menjadi Pendengar

Anda bisa menemukan puluhan, ratusan atau bahkan mungkin ribuan buku dan artikel tentang bagaimana menjadi seorang pembicara yang baik, tentang tehnik berbicara, dan masih banyak lagi, bahkan jika anda membaca buku tentang berkomunikasi maka kebanyakan hanya membahas tentang cara berbicara. Berbicara memang sebuah hal yang penting, untuk menyampaikan ide atau isi pikiran kita kita dituntut untuk bisa berbicara dengan baik.

"Berbicaralah yang lantang agar engkau didengar"

Betulkah slogan diatas? bagaimana jika kita rubah sedikit

"Dengarlah, agar engkau didengar"

Ehmmm.... bagaimana? Mungkin terasa sedikit aneh pada awalnya, tetapi bukankah ini masuk akal ^_^ Coba bayangkan jika anda adalah seorang manajer yang memimpin suatu kelompok karyawan, anda gemar berbicara mulai tentang program kerja anda, visi, misi, target dan segala macamnya, tapi anda jarang atau tidak pernah mendengar mereka, keluhan mereka, usul mereka, uneg-uneg mereka, apakah mereka masih akan mendengar anda? Atau kita ambil contoh yang lebih nyata saja, perhatikan para pejabat kita yang tidak pernah mau mendengar suara rakyatnya apakah kata-kata mereka didengar? apakah himbauan mereka dipedulikan? Anda sudah tahu jawabnya.

Kita (umumnya) memang lebih senang berbicara, kita ingin didengar tapi jarang mau mendengar. Yang saya maksudkan disini adalah mendengar dalam arti benar-benar mendengar, bukan sekedar mendengar yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Mendengar bukan cuma pekerjaan fisik tapi juga butuh campur tangan hati dan otak, jadi di posting kali ini saya ingin sedikit berbagi tips tentang menjadi pendengar yang baik.

Pertama adalah sikap tubuh anda,bahasa tubuh anda menunjukkan ketertarikan, perhatian dan kepedulian anda terhadap hal yang anda dengar dan sekaligus kepada si pembicara.
Sikap tubuh yang baik adalah :

- Mengarah atau menghadap kepada si pembicara.
- Pertahankan tatapan mata (eye contact)
Mempertahankan eye contact bukan berarti terus menerus memandang si pembicara (hal ini mungkin membuat dia tidak nyaman) tetapi tetap beri perhatian kepadanya dan jangan sampai anda memandang kosong.

- Hindari hal-hal yang mengganggu perhatian atau konsentrasi anda
Bila anda sedang mengerjakan atau berkonsentrasi pada suatu hal sebaiknya hentikan salah satunya.


Selain sikap tubuh hal yang lebih penting adalah bagaimana anda bersikap terhadap bahan pembicaraan dan tentunya juga si pembicara sendiri.

- Cobalah untuk memahami apa yang ingin diungkapkan oleh si pembicara.
- Jangan terburu-buru menyetujui atau menolak gagasan si pembicara, cobalah untuk memahami apa yang dipikirkan olehnya
- Jangan memberi tanggapan sebelum anda dapat mengendalikan diri anda, pikirkan matang-matang apa yang akan keluar dari mulut anda
- Buka pikiran anda, ambil setiap informasi yang masuk. Jangan terlalu cepat menjustifikasi (mengadili ) suatu masalah hanya karena anda merasa tidak sesuai


Setelah si pembicara mengungkapkan isi pikirannya, mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberikan tanggapan, pendapat atau pandangan anda. Tapi ingat perhatikan baik-baik si pembicara apakah dia ingin dikomentari ataukah dia sekedar ingin didengar. Kadang ketika kita bisa menumpahkan perasaan kita (curhat) kepada seseorang sekedar didengar sudah cukup baik. Dan satu lagi, tunjukan sikap dan pandangan anda tanpa membuat si pembicara merasa dihakimi, anda tidak sedang menjadi hakim kan ^_^

No comments:

Post a Comment