03 October 2006

Bulan Puasa

Akhirnya setelah berhari-hari blog ini tak tersentuh sekarang saya mulai posting lagi, entah kenapa kok rasanya akhir-akhir ini otak buntu banget. Banyak hal yang ingin dituangkan, entah menjadi tulisan, gambar, atau benda-benda lain tapi entah kenapa ujung-ujungnya selalu mentok dan saya malah lebih sering menyalahkan keterbatasan perangkat pendukung mulai dari soal rusaknya PC hingga ke masalah keterbatasan dana. Tapi sebelum saya menulis panjang lebar, ijinkan saya menghaturkan permohonan maaf (yang meskipun telat) dalam bulan ramadhan ini.


Seiring dengan waktu yang bergulir sesekali terselip khilaf diantara kita
Pun terkadang ada yang salah pada ucap, hati dan laku diriku,
Semoga dibulan yang mulia ini diampunkan dosa-dosa kita,
dikuatkan iman dan dilimpahkan berkah bagi kita, keluarga kita dan segenap umat muslim di penjuru bumi.

Bulan puasa sudah berjalan sekitar sepertiganya, berbagai hal telah kita lakukan dalam menyambut dan mengisinya. Menu utamanya jelas puasa karena bulan ini adalah bulan puasa, saya sendiri sangat senang berpuasa ^_^ bukan cuma karena perut yang semakin mengembang tapi karena saya sendiri memang sering melewatkan seharian tanpa makan dan minum (meski lebih mudah untuk tidak makan daripada tidak minum). Tapi puasa bukan cuma sekedar menahan makan, minum, dan hal lain yang membatalakannya tapi puasa juga berarti lebih mengendalikan diri, jiwa, nafsu, hati dan pikiran kita. Nah bagian inilah yang menurut saya cukup sulit, bukan sekedar menahan tapi mengendalikan. Godaan seputar urusan perut dan bawah perut tidaklah terlalu menjadi masalah buat saya (toh masih ada malam hari hehe...) tapi menahan marah, mengumpat, dan semacamnya masih menjadi masalah buat saya. Tanpa sadar ketika ada masalah melintas kemarahan tidak lagi ditahan dalam hati, sumpah serapah meluncur begitu lancar, jalan macet, masalah cuaca, orang-orang yang menyebalkan, dan berbagai hal lain menjadi begitu mudah memancing emosi.

Selain soal mengendalikan hati, bulan Ramadhan juga bulan dimana kita bisa mendapatkan sebuah bonus khusus dalam tiap-tiap amalan kita, bisa anda bayangkan bila bernafas atau tidur saja diberi nilai ibadah betapa melimpahnya berkah Allah di bulan ini. Jadi bila kegiatan sehari-hari anda saja menjadi sebuah ibadah lantas bagaimana dengan ibadah itu sendiri?

Barangsiapa melakukan suatu kewajiban pada bulan ini, maka ia sama dengan orang yang melakukan tujuh puluh kali amalan wajib di bulan lainnya." (HR Ibnu Khuzaimah).

Begitu melimpahnya kebaikan yang dijanjikan Allah SWT di bulan ini ternyata masih belum benar-benar 'menyentuh' saya. Sepuluh hari pertama ini ibadah saya masih penuh lubang, sholat tarawih baru beberapa kali saya lakukan, belum lagi sholat 5 waktu yang masih sering terlaksana 80% (maksudnya hanya 4 kali) entah karena ketiduran atau bahkan karena malas. Yah semoga di 2/3 bulan yang akhir saya bisa melakukannya dengan lebih baik.

Ramadhan yang Ramai

Kita, maksud saya bangsa Indonesia, memang suka dan gemar terhadap keramaian, mulai dari menyaksikan hingga melakukan keramaian, mulai dari keramaian semacam menonton (bukan menolong) kecelakaan di jalan hingga ke perayaan-perayaan besar macam hari kemerdekaan, acara keagamaan, dan perayaan-perayaan lain.

Yang saya maksud dengan Ramadhan yang ramai adalah ramai dalam artian yang sebenarnya, mulai dari berjubelnya orang-orang di mall, pasar, atau lubernya mereka di jalanan hingga ke ramainya petasan dan tabuhan bedug di malam hari. Benar-benar ramai (kalau tidak boleh dibilang gaduh atau berisik).

Tempat kost saya berada di sebelah sebuah masjid, dan ini merupakan kedua kalinya tempat kos saya berada tepat bersebelahan dengan sebuah masjid. Seharusnya tidak ada masalah dengan hal ini tapi karena saya bilang seharusnya maka keadaan yang sebenarnya tentulah ada masalah, entah kenapa saya merasa kyurang sreg dengan masjid ini. Selalu ada saja hal-hal kecil yang membuat saya lebih memilih untuk melakukan sholat Jumat di masjid lain atau di bulan ini juga untuk lebih memilih melakukan shalat tarawih di kamar kost saya sendiri. Alasannya aneka rupa, ketidak cocokan dengan ceramah yang diberikan biasanya menjadi alasan saya untuk memi9lih masjid lain, kadang ceramahnya terlalu 'keras' berapi-api, atau terlalu ruwet, kadang juga karena pintu masjid yang sering tertutup, dan yang terakhir adalah riuhnya anak-anak kecil yang menabuh bedug setelah sholat tarawih (buat apa? kalau waktu adzan sih ga masalah).

Gaduh dan berisik menurut saya padahal buat saya setelah selesai sholat adalah waktu yang pas untuk berdoa, dan kalaupun tidak, sekedar duduk dan berkontemplasi (halaah...~_~;) atau merenung dan bukannya melamun, tentu tidak bisa dilakukan dalam kondisi sedemikian, Belum lagi suara petasan atau mercon.

Kemudian saya ingat bahwa sayapun waktu SD dan SMP pun juga meramaikan bulan puasa dengan letusan ataupun dentuman mercon. Begitupun teman-teman saya, seakan di bulan puasa ada sebuah pernyataan tak tertulis tentang kewajiban hadirnya petasan. begitupun pada malam takbiran maka kami akan ikut berkeliling kota, baik dengan mengendarai truk, pick-up, ataupun dengan iring-iringan sepeda motor. Saya sendiri tidak terlalu yakin dengan alasan saya melakukan itu, mungkin untuk ikut meramaikan, merayakan atau mungkin juga sekedar ikut-ikutan teman meluapakan perasaan. Dan saya juga tidak yakin perasaan apa yang saya luapakan, bahagia? syukur? kemenangan? tapi kemungkinan besar hal itu saya lakukan karena itu adalah sebuah kesempatan, untuk beramai-ramai bersama teman, keliling kota, bergembira (atau lebih cocok disebut hura-hura) bersama. Dan saya tetap tidak tahu untuk apa.....

Seperti yang saya tulis diatas, kita memang senang dengan keramaian, tahun baru, malam takbiran, 17 agustusan, dan perayaan lain kita rayakan dengan ramai. Bunyi-bunyian yang memekakkan telinga, raungan iring-iringan kendaraan bermotor, teriakan-teriakan, bunyi ledakan kecil dan besar, dan entah apa lagi. Meramaikan diterjemahkan menjadi kerasnya bunyi, banyaknya orang, dan meluapnya aneka perasaan. Saya sendiri tidak tahu pakah saya yang terlalu skeptis, atau karena saya yang memang bukan penggemar keramaian sehingga saya merasa bahwa perayaan juga bisa dilakyukan dalam suasana yang penuh kedamaian, tenang, hening, ayem. Dan sekali lagi sebuah petasan meledak di depan sana......

No comments:

Post a Comment