03 October 2006

Yeah... Naik Gunung Arjuno Part I

Setelah berkali-kali mem-posting-kan kumpulan kata-kata, akhirnya kali ini kembali posting tentang journey. Tanggal pastinya saya sudah lupa mungkin akhir tahun 2000. Posting kali ini tentang perjalanan ke Gunung Arjuna atawa Arjuno silahkan pilih mana yang lebih cocok untuk lidah anda.

Let the story begin....

Liburan, ehm... saya lupa liburan apa, yang saya ingat saya sudah kelas 3 dan secara kepengurusan OSPA (Organisasi Siswa Pecinta Alam) saya sudah alumni, meskipun para alumni yang lebih tua masih suka berteriak-teriak "kalian ini belum lulus dhek jadi jangan ngerasa kalau kalian ini sudah jadi alumni, ngartiiii...!!!". Rumah (orang tua) saya yang berada di depan sekolah telah menjadi sebuah Base Camp secara alami, bagaimana tidak, jika setiap ada kesempatan (dan itu nyaris setiap hari) mereka selalu berkumpul di rumah saya, ehm lebih tepatnya di gudang rumah saya. Pada suatu ketika adik-adik saya (Generasi XV) ngomong "Mas munggah gunung yuk" (Mas, naik gunung yuk). Lantas apa mau dikata, saya sendiri suka (naik gunung maksudnya, bukan mereka) dan mereka kepengen maka disusunlah rencana.

Pilihan kemudian disusun berdasar kriteria tertentu, harus bisa didaki dalam waktu singkat (setidaknya sehari semalam), ada alumni yang bisa dimintai tolong, diajak ataupun dipaksa untuk membantu, mengenai biaya kami tidak ada masalah selama masih murah (lho..?). Akhirnya ada beberapa kandidat, Merbabu atau Arjuna, pilihan merbabu karena saya sudah pernah mendaki kesana namun akhirnya kesepakatan menjadi Gunung Arjuna. Setelah rencana ada kemudian mengumpulkan peserta, semua anggota Bram's dirayu, di-iming-iming, dibujuk, bahkan diancam agar ikut. Dengan perjuangan mencarikan ijin kepada para ortu, mencari alumni yang mau (dengan paksa) direpotkan untuk menampung kami, mengumpulkan segala daya dan upaya dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan disini, akhirnya berhasil dikumpulkan 9 orang. Dengan komposisi 5 orang cewek dan 4 orang cowok kami siap menuju Malang. Cowok pertama adalah saya sendiri kemudian Julianta-Uu', Dibyo-Crot, seorang cowok Gnr XV (aku lali jenengmu, kalau pengen dimuat kirim via mail ya) dan 5 orang cewek, Anie, Arin, Ayu, Tere, dan Meira.

Berangkat pada pukul 4 pagi kami bersama-sama menuju stasiun dengan Mas Kebo alias Ratomi. Setelah dengan segenap semangat sampai distasiun ternyata tungu punya tunggu kehadirannya tak kunjung tiba Lha..? Uu' kemudian tanya "Mas keretanya telat ya? nyampek jam berapa?" jawab si mas yang ditanya oleh Uu' " mungkin jam 7" Akhirnya pulang lagi ke rumah saya yang berjarak beberapa ratus meter dari stasiun. Eh tanpa dinyana tanpa diduga Uu' dan Dibyo beli nasi pecel, jelas tanpa menunggu ijin maupun instruksi lebih lanjut nasi pecel yang cuma 2 gelintir itupun langsung dihabisi dengan penuh kebersamaan.

Akhirnya suara pengumuman bahwa kereta sudah hadir terdengar, langsung kami berlompatan dan berlari menuju stasiun. Saya sendiri tidak ingat apakah kami terbang atau berlari dan whuzzzz..... tiba-tiba kami sudah nangkring didalam gerbong. Sejak awal kami sudah memantapkan niat dan hati kami untuk dengan segenap jiwa raga naik tanpa beli tiket, nggak baik sih tapi hal seperti ini selalu memberi sensasi tersendiri, dan yang tidak kalah penting adalah lebih irit. Bukannya tidak membayar sama sekali, kami tetap membayar tapi tanpa membeli karcis, curang? oh bukan kami memberi kesempatan kepada pak kondektur untuk memperoleh pendapatan sampingan ^_^. Sementara kami semua berkumpul di gerbong paling belakang untuk memudahkan transaksi, mas kebo lebih memilih duduk di dekat wc (tentu saja dia menyelesaikan masalah karcis dengan caranya sendiri). Karena bantuannya tidak bisa diharapkan akhirnya saya sebagai ketua rombongan (bagaimana lagi, wong saya yang memintakan mereka ijin) memutuskan untuk menghadapi Bapak kondektur dengan sepenuh hati.


PK (Pak Kondektur) : karcis..karcis... mas karcisnya?
Saya : Anu pak, ini pak, orang sembilan
PK : Lho berapa ini? 45 ribu, wah ga bisa mas, nggak bisa mas kalo segini
Uu' : Pak adanya cuma segitu pak
Dibyo : Iya pak, ini anak sekolah pak
PK : Wis...gini aja mas nanti di stasiun depan ikut saya ke kantor

Setelah Pak Kondektur pergi kami sempat rundingan, ketar-ketir juga saya ~_~;. Akhirnya dengan Uu' saya turun mengikuti pak Kondektur, tadinya saya pikir mau disuruh bayar denda atau disuruh turun dengan paksa, yah setidaknya disetrap dengan berdiri diatas satu kaki. Dan yang terjadi jauh diluar dugaan saya, kami berdua masuk kantor pegawai dan disana kami di...tertawakan. Dengan lantang pak kondektur ngomong " He! mau ke Malang orang sembilan bayar 45ribu ha ha ha..." dan yang lain dengan kompak ikut tertawa. "Udah mas sana naik lagi" Dan dengan cengar-cengir kami langsung kabur seraya mengucap terima kasih.

Perjalanan antara Madiun ke Malang berjalan lancar, bercanda, ngobrol, dan kegiatan iseng lainnya menjadi pengisi waktu. Sampai di Malang sekitar pukul 11, langsung disambut Mas Wawan yang lebih sering dipanggil Bibit (itu nama bapaknya lho) dengan temannya, kami dan temannya naik angkota atawa 'Lin' menuju kost mas bibit yang berlokasi di daerah Kertobanyon (eh bener ga mas?). Setelah sampai dan bergeletakan ala kadarnya di kost mas Bibit kami mulai planning, sayangnya mas Bibit langsung mengumumkan bahwa dia tidak bisa ikut karena sedang ujian.

Planning diawali dengan berita bahwa gunung Arjuna yang akan kami daki ternyata tidak cukup ditempuh dalam semalam dengan keadaan kami saat itu, padahal hanya ada dua carrier sedang yang lain hanya membawa tas ransel standar untuk berangkat sekolah duhhhhh.......

Akhirnya setelah menculik perlengkapan mendaki gunung mas Bibit, diperoleh 2 buah sleeping bag, 3 buah carier, kompor lapangan, kompas, peta kontur gunung arjuno, dan sebuah pisau lipat multifungsi (Maksudnya harus bisa difungsikan jadi apa saja). Setelah hardware terpenuhi sekarang tinggal urusan software alias bahan makanan, selain mi instan sebagai makanan pokok kami juga patungan untuk membeli aneka rupa cemilan, coklat blok 2 kg, roti, dan tidak ketinggalan sekitar 30 liter air. Malamnya sehari sebelum keberangkatan kami melewatkan waktu di kost mas Bibit dengan mengumpulkan informasi lebih banyak tentang gunung arjuno, dari sekedar ngobrol soal gunung topiknya berkembang menjadi soal hal-hal horor apalagi pada waktu itu di radio juga sedang ada acara misteri (pake acara melolong dan ketawa cekikikan lagi radionya). Dan sementara yang lain bercanda dan tertawa bareng-bareng, saya justru merasa cemas banget, selain karena sayalah yang akan bertanggung jawab atas keselamatan mereka saya juga bertanggung jawab atas kesuksesan perjalanan kali ini.

Paginya setelah sempat tidur skitar 3 jam (saya masih ngerasa cemas jadi baru tidur menjelang subuh), sholat subuh, mandi(eh...mungkin) sarapan (pasti) dan kemudian packing, leyeh-leyeh (ehm...boleh diartikan bersantai). Sementara yang lain mencari perlengkapan dan perbekalan tambahan saya (seakan-akan) mempelajari peta kontur dan mengumpulkan info yang ada. Akhirnya setelah mas Bibit pulang dari Ujian kita berangkat menuju Lawang.

Dan bersambung ke bagian dua.....

No comments:

Post a Comment