24 July 2006

Aku Orang Kaya

Ugh, kepalaku pusing sekali. Rasanya begitu berat untuk digerakkan, belum lagi dentuman yang begitu bertubi-tubi menghajar kedua sisi kepalaku.tapi kenapa diantara dentuman tadi ada suara mobil?, seingatku mang Dading tidak pernah menyiapkan mobil sepagi ini. Lamat-lamat kesadaranku bertambah dan aku baru sadar bahwa aku tidak di kamarku, tanganku kugerakkan perlahan tapi yang terasa justru gemerisik kasar rerumputan. Aku langsung bangun terduduk, ahhh....pandanganku langsung gelap. Mungkin gara-gara aku bangun mendadak, kurang kalsium kata dokterku. Huh, aku tidak pernah percaya pada dia, itu kan pandai-pandainya dia ngomong saja. Yang penting buat dia kan aku selalu kontrol tiap bulan, beli obat, vitamind dan pil-pil yang jumlahnya malah lebih banyak dari sarapanku. Dan tiap kali dia berkunjung selalu ada hal-hal baru yang diomongkannya stress lah, darah rendah kadang juga dia ngomong cas cis cus pake bahasa orang mati. Yah bahasa-bahasa macam latin, romawi atau sansekerta entah yang mana yang dia pakai mungkin juga ketriganya toh tidak ada lagi orang hidup yang berkomunikasi dengan bahasa itu,barangkali dia nyerocos dengan bahasa itu biar dia terlihat terpelajar.

Setelah pusingku sedikit mereda, aku melihat sekeliling. Rumput, pagar, trotoar, jalan raya....kenapa aku bisa disini?. Di gedung itu ada huruf berkilauan dengan ukuran yang pasti membuat semua pelintas jalan menoleh, kubaca tulisannya "Hanggend-Abrush Bank". Kuusap kepalaku sambil menggumam, "Jangan-jangan ini gara-gara minum-minum semalam". Biasalah waktu tutup buku, waktu bagi-bagi keuntungan wajarlah kalo pestanya jadi sedikit liar. Tapi rasanya aku cuma minum sedikt semalam, atau ini gara-gara Ranti, hem iya pasyti gara-gara dia. Sialan licik sekali stafku yang satu ini selalu saja ada akalnya untuk menghindariku, pantas semalam aku terus-terusan disuruhnya minum, padahal menciumnya pun aku belum sempat. Awas kamu Ranti, kamu nggak bakalan memperoleh posisi sekretaris utama sebelum aku bisa mengencanimu, lagipula Lena masih mau menuruti semua permintaanku ha...ha...haa..

Rupanya aku tertidur di depan kantor, sial masa sekumpulan manajer yang kugaji plus plus itu nggak ada seorangpun yang bisa mengantarku pulang, atau meraka semua sedang terkapar karena habis bercinta semalaman. Sial lama-lama kantorku jadi sarang maksiat nantinya, tapi aku sudah menyumbang buat tempat-tempat ibadfah kok, biar mereka balas menyumbang doa untuk menghapus dosaku, sumbangan juga investasi toh?. Aku pun bergegas bangun, dan pergi sambil mengendap-endap, bahaya kalo sampai para satpam tahu. Mau ditaruh dimana mukaku ini kalau sampai disapa satpam pada kondisi seprti ini, "selamat pagi pak direktur, kok kelihatannya agak berbeda hari ini pak?" Gawat, gawat...


Setelah berjalan beberapa lagkah pandanganku tertuju pada sebuah warung nasi padang yang baru buka, oh ini warung padang tempat anak-anak OB sering makan, kata mereka selain lauknya enak disini mereka juga bisa ngebon, tapi biarpun enak aku ini kan direktur, masa makan di warung? harusnya aku ini kan bersantap di restoran hotel berbintang. yang serba ekslusif, yag tinggal menjentikkan jari lantas pelayannya datang sendiri, yang koki dan manajernya bisa kita marah-marahi cuma karena supnya yang kurnag asin. Wajar kok kan kita yang bayar, apalagi saya ini direktur berani apa dia. Kalau masih belum puas marah, bisa saya beli hotel itu, saya pecat dia dan kalau perlu saya jamin dia tidak akan diterima bekerja di restoran atau hotel yang lain. Atau jangan-jangan tukang masak warung ini juga bekas koki eh bukan chef sebuah restoran ternama yang kemudian di phk. Kalau begitu bolehlah sekali ini saya makan di warung pinggir jalan, solan higienis atau tidak itu biar jadi urusan dokter pribadi saya saja


Dengan langkah tegak aku langsung masuk dan duduk disalah satu kursi. Baru sebentar pantatku menyentuh kursi, si mamak langsung membentak "hey mau apa kau kesini, ayo pergi sana. tak jadi beli makan disini orang-orang nanti". Lho lancang sekali si mamak itu bicara saja belum aku sudah diusir. Memangnya dia tidak tahu siapa aku, atau jangan jangan ini gara-gara aku belum mandi? Ah tapi uang selalu bisa menyelesaikan semuanya. Kurogoh sakuku, sial ternyata sakuku berlubang. pantas saja aku diusir pasti ini gara-gara dia tahu aku tidak punya uang, wah mungkin lain kali dia bisaku rekrut untuk menjadi kepala front ofice. Biar front oficeku tidak cuma berisi gaddis-gadis cantik yang justru lebih sering menatrik lelaki-lelaki iseng, tidak berduit pula.Benar-benar ide cemerlang batinku, dengan adanya si mamak aku bisa langsung menilai kredibilitas tamu-tamuku, apakah mereka penghutang nekat yang mau menjaminkan rumah bapak ibunya atau memang calon klien kelas paus(jaman sekarang kalau cuma kakap kurang menjajikan)

Aku keluar lagi dari warung itu, Oo..oo..rupanya uangku berserakan dibawah pohon langsung kuambil, kuhitung hitung tinggal 5 lembar. Ah yang lainnya pasti sudah diambil para gembel dan pengemis ah biarlah sekali-sekali berbagi dengan mereka tidak mengapa. Biar saja unag yang meraka ambil itu jadi bonus dari hasil penggelapan pajak, oh bukan, bukan penggelapan. yah cuma sedikit nego-nego dengan petugas pajak, ngobrol-ngobrol sedikit, makan-makan di kafe, kasih tips, kasih hiburan, beress. Oh bukan, ini bukan kolusi bukan anda juga pernah belanja di toko kan? kalau anda sudah kenal baik pasti ada sedikit diskon kecil-kecilan kan? nah semacam itulah, diskon kecil-kecilan. Sekarang aku sudah punya uang, pasti sekarang si mamak mau melayani aku, apa sih yang nggak bisa kita perbuat kalau kita punya uang. Langsung kuangsurkan uang tersebut "Nih mak! sekarang cepat siapkan makan" aku kemudian duduk sambil tersenyum puas.

Rupanya si mamak tau bagaimana memperlakukan kostumer, dia langsung keluar sambil bergegas, mau memamnggil ajudannya mungkin. Beberapa menit berselang si m amak datang ditemani dua orang polisi, pasti si mamak merasa bahwa aku ini orang penting jadi privasinya harus terjaga, bagus mak, bagus. " Ayo pak polisi mari makan sama-sama, tenang saja biar saya yang bayar, saya ini direktur pak, tenang saja" Eh ditawari makan begitu mereka malah ambil posisi siap "Pak mari ikut kami pak, biar kami yang mengantar bapak"
jelas saja saya makin heran" kantor saya kan disebelah situ, gimana sih kalian ini, saya ini kan direktur "Hanggend-Abrush Bank"lha kalian ini mau mengantar kemana?" "Maaf pak kehadiran bapak sudah ditunggu di rumah sakit pak". Aku masih setengah ragu dengan kata-katanya, tapi aku menurut saja waktu bapak polisi itu menggandeng tanganku. "Silakan masuk mobil pak" wah baru kali ini aku naik mobil polisi, bagus juga interiornya, eh ada kaca spion, tapi kenapa bayanganku di spion memakai seragam putih, pak direktur kan seharusnya pake jas dan berdasi?. Mobil mulai berjalan dan kudengar bisik-bisk kedua polisi tersebut "wong gendeng kok ngaku direktur"

No comments:

Post a Comment