24 November 2006

Hujan, air, dan mandi

Posting kali ini ditulis pada saat bulan November sudah hampir berakhir, sepekan lagi bulan Desember. Seharusnya, ehm maksud saya biasanya, bulan ini sudah termasuk dalam siklus musim penghujan. Dan meskipun saya sudah lupa angin muson mana yang bertiup kali ini, saya tetap merasa bahwa di Indonesia kita ini, lebih tepatnya lagi di Bandung, seharusnya sudah dihujani oleh butir-butir air pada hari-hari seperti ini. Beberapa waktu lalu memang sempat turun hujan, tapi itupun hanya sekali dua kali.

Keadaan cuaca yang cukup panas dan kering ini masih ditambah dengan matinya air kamar mandi di kost ugghhhh.....!!! sebagai akibatnya saya dan juga beberapa penghuni kost yang lain harus turun lebih jauh lagi demi mendapatkan air. Berhubung lokasi kamar saya yang berada pada tingkat 0 dan kamar mandi yang berada pada tingkat -3 (Minus tiga) maka kegiatan mandi menjadi sangat tidak efektif, bagaimana tidak, bila setiap kali selesai mandi saya berkeringat lagi. Berdasarkan keterangan ibu kost air di kamar mandi atas mati karena pompanya tidak dapat menyedot air lagi meskipun kedalamannya telah ditambah. Tentu saja terlepas dari keharusan ibu kost untuk bertanggung jawab tentang masalah kamar mandi ini (menggunakan air PAM misalnya) kondisi ini memang bukan sebuah masalah yang sepele.

Berdasarkan sebuah berita di Kompas yang menyebutkan bahwa lahan serapan di kota Bandung tinggal 12% dari jumlah seharusnya yang sebesar 50%, maka kekurangan cadangan air tanah di kota Bandung adalah hal yang wajar. Air yang mampir ke bumi setelah dijatuhkan oleh awan akan diserap oleh tanah, dan daerah yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan menahan air didalamnya inilah yang disebut lahan serapan. Supaya dapat menjadi lahan serapan yang baik maka lahan tersebut harus dapat menyerap. Duh...~_~; Ehmmm maksudnya air harus dapat masuk ke bagian dalam tanah, hal ini dapat terjadi dengan baik apabila tanah tersebut tidak tertutup aspal atau beton, dan lebih baik lagi bila ditumbuhi pepohonan.

Pohon memang sebuah bagian yang tak terpisahkan dari manusia, bahkan Adam dan Hawa harus turun ke bumi karena mencicipi buah dari pohon khuldi, bahkan hingga kini beberapa pohon masih seringkali dianggap keramat. Pohon bukan hanya memberikan manfaat dari 'tubuhnya' secara langsung tapi juga manfaat-manfaat yang seringkali kita lupakan seperti, pengolahan polusi udara, penyerapan dan penyimpanan air, dan masih banyak lagi.

Sayangnya di Bandung pohon masih kalah pamor dengan Factory Outlet, pabrik-pabrik O2 ini ditebangi demi perluasan jalan, pembangunan mall, tempat parkir, gedung-gedung, dan aneka fasilitas penunjangnya. Belum lagi dikawasan bandung utara yang seharusnya menjadi kawasan cadangan air untuk kota Bandung pembantaian pohon-pohon masih saja marak. Entah karena lupa, malas, atau memang tidak adanya kesadaran, hampir tidak ada kegiatan penggantian atas pepohonan yang ditebang. Dan meskipun ada beberapa ruang hijau di kota ini, fungsinya nggak lebih dari sebuah taman.


Jadi daripada sekedar berkeluh kesah dan menyalahkan, ini waktunya ambil tindakan sudah cukup gerakan sejuta bunga, ganti dengan "Gerakan Sejuta Pohon". Mulai sekarang juga tanam pohon sekecil apapun, lebih dianjurkan lagi kalau pohon produktif, maksudnya memberi hasil seperti, mangga, rambutan, jambu dll. Dan kegiatan ini akan saya awali dengan pohon yang produktif, murah dan mudah didapat, gampang perawatannya dan praktis, pohon.....Tauge, eh pohon bukan yah? ~_~;

No comments:

Post a Comment