08 September 2006

Aku jatuh cinta pada mimpiku


Pada waktu aku pulang dari Bintaro menggunakan bus 74 menuju blok M kemudian berganti dengan Kopaja 19 menuju Tanah Abang. Disinilah cerita ini mulai digulirkan, pada saat aku memutuskan untuk duduk pada sebuah bangku kosong dibelakang seorang gadis yang "mungkin" cantik. Ya mungkin, mungkin cantik mungkin juga tidak, mungkin cuma cukup cantik, mungkin sangat cantik tapi bukan tidak mungkin dia juga tidak cantik. Aku menunggu dan menerka-nerka bagaimana parasnya, hidungnya, matanya dan entah kenapa aku merasa bahwa dia telah begitu mempesonaku. Entah atas dasar apa yang pasti pesonanya mulai menyusup didalam khayalku, mungkin dari wangi yang terpancar dari tubuhnya, atau rambutnya yang tergerai sebahu? entah, yang pasti bukan dari wajahnya. Melintasi jalan-jalan berdebu ibukotaku dan menit-menit yang berlalu membawaku semakin terpesona padanya.

Hingga akhirnya saat itu tiba, dengan diiringi decit rem dan goncangan ke kanan kiri ia berdiri sedikit terguncang. Sambil mengangkat tangan seraya berpegang pada pintu Kopaja dia melangkah ringan keluar, sekilas rambutnya tersibak dan menampakkan wajahnya. Detak jantungku mengeras, kuputuskan untuk melihatnya dengan seluruh bola mataku, "ah biar saja dia tahu, aku sudah lelah mencuri pandang dari ekor mataku" dan kubelalakkan mataku. Sesaat nafasku terhenti dan semuanya menjadi sunyi, dan waktu yang seakan telah berlalu begitu lama ternyata hanya sekejap saja, tak lebih beberapa detik. Dan kemudian aku diliputi perasaan aneh, otakku memberontak dan aku tahu bahwa ada yang salah. Dia cantik, ya dia cantik tapi kenapa hatiku lalu berusaha melawan kenyataan itu "cuma segitu kok, manis, ga lebih", dan sepanjang perjalanan pulang aku terus meyakinkan diriku bahwa dia tidak terlalu cantik.

Esoknya, sekali lagi, aku menempuh rute yang sama, jalan-jalan yang sama, kemacetan yang sama, panas yang sama, dan semua rutinitas terulang kembali. "Tapi tunggu! ada yang baru hari ini" ya sebuah pikiran terlintas di benakku, dan ternyata Tuhan begitu murah hati padaku, sekali lagi, seorang gadis duduk tepat di depanku. Dia bersandar di kursi dan aku pun menundukkan kepalaku ke sandarannya, sambil tetap menutup mata aku tarik nafas dalam-dalam. Aroma shampo rambutnya yang begitu segar menyelusup masuk ke seluruh saraf penciumanku dan mengenyahkan bau apek kursi Kopaja, dan hidungkupun dibutakan dari seluruh aroma tidak sedap di Jakarta. Bukan yang kemarin bisikku lirih. Setelah beberapa saat kuangkat kepalaku, kupandang dia dengan hati-hati. Rambut wanginya tergulung rapi disangga dengan sebuah jepit manis ala sumpit pangsit berwarna hijau muda. Dan aku menyesali kenyataan bahwa lalu-lintas hari ini tidak begitu macet, semua melaju dengan lancar, dan tiba-tiba dia berdiri, memanggul tasnya dan sambil berpegangan pada kursinya dia berkata dengan setengah berteriak "kiri bang!!!". Aku langsung memalingkan wajahku dan berharap agar aku tak sempat melihat wajahnya.

Akhirnya aku menyadari bahwa misterinyalah yang telah mempesonaku, wajahnya yang tak pernah kulihatlah yang akan selalu mengisi khayalku, memberiku harapan, dan membuatku selalu memimpikannya. Dan aku telah jatuh cinta pada mimpiku.

No comments:

Post a Comment